GEOTHERMAL GUNUNG TAMPOMAS

Salah satu potensi alam lainnya di daerah Sumedang adalah Gunung Tampomas, yang tidak hanya terkenal menghasilkan pasirnya (Pasir Cimalaka) juga memiliki pontensial energi yang besar, yaitu Energi Panas Bumi (Geothermal) yang dapat menghasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Potensi ini sebenarnya sudah lama dimiliki oleh Sumedang, namun nampaknya Pemerintah Daerah tidak gencar mencari investor, sehingga rencananya baru kali ini kemungkinan akan dibangun di Desa Cipanas, Kecamatan Buahdua, disekitar kawasan rekreasi pemandian Cipanas di kaki Gunung Tampomas sebelah Utara, yang memiliki kandungan panas bumi cukup potensial sekitar 55 mega watt.

Baru-baru ini rencananya PT.PLN bersama dengan Perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang energi akan segera melakukan ekplorasi Geothermal Tampomas untuk sekitar 20 Mega Watt, dengan konsesi selama 35 tahun dan waktu explorasi selama 5 tahun.

Indonesia sebenarnya adalah merupakan negara yang memiliki Potensial Energi Panas Bumi (geothermal) terbesar di dunia, yang diperkirakan dapat menghasilkan listrik sekitar 27,000 MW atau sekitar 40% dari cadangan energy panas bumi dunia. Namun pada saat ini di Indonesia hanya miliki sekitar 18 PLTGU yang beroperasi yang memberikan kontribusi sekitar 1,050 MW, atau baru sekitar 30% dari Program Rencana Pemerintah Pengadaan Listrik – 10,000 MW. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam penentuan harga.

Namun terlepas dari itu semua, terutama untuk masyakat Sumedang perlu mengetahui bagaimana Prinsip Kerja PLTP tersebut, supaya nantinya tidak sampai beranggapan dan menimbulkan dampak negative dan membahayakan.

Prinsip Kerja Geothermal.

Secara prinsipnya setiap 100 meter kita turun ke dalam perut bumi, temperatur batu-batuan cair tersebut naik sekitar 3º C. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu batu-batuan maupun lumpur akan makin tinggi. Bila suhu di permukaan bumi adalah 27º C, maka untuk kedalaman 100 meter suhu bisa mencapai sekitar 30º C. Untuk kedalaman 1 kilometer suhu batu-batuan dan lumpur bisa mencapai 57º – 60º C. Bila kita ukur pada kedalaman 2 kilometer suhu batuan dan lumpur bisa mencapai 120º C atau lebih.

Panas bumi tersebut bila bercampur dengan udara karena terjadi fracture atau retakan maka selain menghasilkan air panas akan keluar juga uap panas (steam). Air panas dan steam inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi (geothermal) tersebut bisa dikonversi menjadi energi listrik tentu diperlukan pembangkit (power plants). Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu yang bersuhu rendah (low temperature) dengan suhu <150º C dan yang bersuhu tinggi (high temperature) dengan suhu diatas 150º C. Yang paling baik untuk digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 50º C.

Baca Juga  Pantaskan Diri, Saran untuk Bacaleg

Pembangkit listrik (power plants) untuk tenaga panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah yaitu berkisar antara 122º s/d 482º F (50º s/d 250º C). Bandingkan dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar 1022º F atau 550º C. Inilah salah satu keunggulan pembangkit listrik geothermal. Keuntungan lainnya ialah bersih dan aman, bahkan geothermal adalah yang terbersih dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara.

Pembangkit yang digunakan untuk mengkonversi fluida geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.

1. Dry Steam Power Plants

Pembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini pertama kali digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada di Geysers, California Utara.

2. Flash Steam Power Plants

Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 175º C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Fluida panas tersebut dialirkan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang kemudian menghasilkan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai masuk kembali ke reservoir melalui injection well. Contoh dari Flash Steam Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power plants di Coso Geothermal field, California, USA.

Baca Juga  Kenapa Orang Dari Tatar Sunda Tidak Ada yang Jadi Presiden?

3. Binary Cycle Power Plants (BCPP)

BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.

Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan pada suhu rendah yaitu 90º -175º C. Contoh penerapan teknologi tipe BCPP ini ada di Mammoth Pacific Binary Geothermal Power Plants di Casa Diablo geothermal field, USA. Diperkirakan pembangkit listrik panas bumi BCPP akan semakin banyak digunakan dimasa yang akan datang.

Prinsip Kerja Turbine Uap

Prinsip pokok dari semua pembangkit listrik bertenaga gas dan uap adalah Brayton Bycle. Apabila kita hanya bicara tentang PLTG maka kita harus berpikir tentang open cycle tetapi apabila ingin mengetahui siklus kerja PLTGU maka kita harus mengetahui tentang combined cycle.

Pada open cycle dimulai dari pemompaan bahan bakar dan pemasukan udara dari intake air filter menuju combuster. Di combuster campuran bahan bakar dan udara disemprotkan oleh nozzle sehingga di ruang bakar terjadi pembakaran. Pembakaran tadi akan memutar turbin gas yang selanjutnya akan memutar generator yang akan menghasilkan energi listrik. Gas buang dari turbin gas akan langsung dibuang melalui bypass stack.

Sedangkan untuk PLTGU menggunakan combined cycle dimana gas buang dari turbin gas akan dimanfaatkan kembali untuk mengoperasikan turbin uap. Dibutuhkan HRSG (Heat Recovery Steam Generator) yang prinsip kerjanya sama dengan boiler. Gas buang dari turbin gas tidak langsung dibuang melalui bypass stack akan tetapi masuk ke HRSG. Setelah masuk ke HRSG maka gas tadi akan berubah menjadi uap bertekanan tinggi yang kemudian digunakan untuk memutar High Pressure Steam Turbine (HPST), kemudian HPST memutar Low Pressure Steam Turbine (LPST) yng akhirnya akan membangkitkan generator. Hasil pembuangan LPST akan dikondensasi dan dialirkan ke pompa. Dari pompa kemudian dilairkan kembali ke HRSG. Begitu seterusnya sehingga terbentuk siklus tertutup.

Baca Juga  BAGAIMANA CARA MENENTUKAN ARAH KIBLAT YANG MUDAH DAN BENAR ?

Prinsip Kerja Pembangkit Listrik

Prinsip kerja Prinsip kerja Pembangkit Listik Tenaga Panas bumi  (PLTP) secara singkat adalah sbb :

Air panas yang berasal dari sumur akan disalurkan ke separator, oleh separator air dengan uap dipisahkan, kemudian uap akan digunakan untuk menggerakkan turbin.Ada dua sistim dalam pembangkit ini yaitu :

1. Simple flash (kilas nyala tunggal)

2. Double flash (kilas nyala ganda)

Dapat dikemukakan bahwa sistim double flash adalah 15-20 % lebih produktif dengan sumur yang sama dibanding dengan simple flash.

Uap yang keluar dari sumur sering mengandung berbagai unsur kimia yang terlarut dalam bahan-bahan padat sehingga uap itu tidak begitu murni. Zat-zat pengotor antara lain Fe, Cl, SiO2, CO2, H2S dan NH4. Pengotor ini akan mengurangi efisiensi PLTP, merusak sudu-sudu turbin dan mencemari lingkungan.

Perkiraan atau estimasi yang memberikan besarnya potensi energi panas bumi menurut Metode Perry adalah : E = D x Dt x P

Dimana :

E     = arus energi (kcal per detik)

D     = debit air panas (liter per detik)

Dt    = perbedaan suhu permukaan air panas dan air dingin (C)

P     = panas jenis (kcal per kg)

Contoh PLTP yang telah beroperasi di Indonesia adalah PLTP Kawah Kamojang dan PLTP Gunung Salak.

Namun demikian, dengan adanya PLTP masih potensi adanya pengaruh pada lingkungan yaitu : Polusi Udara, Polusi air, Polusi suara dan Penurunan permukaan air tanah.

Adapun besarnya Nilai Kontrak untuk Pembangunan Geothermal tersebut Biaya terpasangnya adalah sekitar 3 juta USD / MW (3 USD / watt). Sehingga biaya pembangunan PLTP (20 MW) tersebut diperkirakan sekitar Rp.540 Milyar.

Selanjutnya untuk Operator pelaksana Geothermal itu nantinya akan dikenakan Royalties sebesar 2,5% dari nilai Penjualan Listrik (kepada PLN), dimana 80% menjadi hak Pemerintah Daerah dan 20% menjadi menjadi hak Pemerintah Pusat.

Bila dilihat dari konsesi Geothermal Tampomas tersebut, maka diharapkan Pemerintah daerah akan memperoleh Royalty sebesar : 2,5% x 80% x 20,000 kWatt x Rp.1300/kWh x 24 x 365 = Rp. 4,55 Milyar / th.

Namun dengan adanya rencana pembangunan PLTP Tampomas tersebut nantinya diharapkan tidak hanya Royalty tersebut  yg diperoleh, akan tetapi yg lebih penting tentunya adalah pemberdayaan masyarakat Sumedang, sehingga selama pembangunan dan beroperasinya PLTP tersebut dapat membuka kesempatan Pekerjaan buat masyarakat Sumedang dengan sendirinya. SEMOGA !

Salam Sono ti Urang Wado (Ir.H.Surahman,M.Tech.M.Eng.MBA)

Respon (13)

  1. uing mah teu pati ngarti kana teori… nu pentingmah keur kuring ulah nepi ka siga LAPINDO wae lembur kuring teh… jeung kudu aya nilai tambihna keur bangsa sunda umumna atawa sumedang dina khususna… ulah nepika siga freeport tah.. warga papua na mah ngadaharan sagu, nu ngasaan duit freeport mah ngadahar keju.. mung bisa mah sadaya padamelanana dicepeng ku putra-putri daerah… pan eta usaha aya di sumedang.. nya kudu urang sumedang atuh nu jadi SDM na…

  2. mudah2an listrikna tiasa dianggo ku warga sumedang sareng sabudereunana…atuh warga di sabudereun tampomas tiasa subur makmur…entong aya bencana nanaon…mudah2an sumedang tiasa jd kota mandiri dina urusan listrik…

  3. Pembangunan ? Buat siapa? yang untung ? Rakyat kumaha? Apatis lah dewekmah……
    Amdalna kumaha?……
    Kapan ada dialog dengan masyarakat……? Saya putra daerah kaki Gn Tampomas…… ajak dialog donk…..Pemerintah jangan asall tancep aja ngejar Pendapatan Daerah…… setuju seperti eneng yang di atas…….

  4. PLTPB emang menjanjikan.. tapi tolong kaji ulang tentang AMDAL. yang saya tau pembangunan berada di kawasan pemukiman, sedangkan di daerah lain berada jauh dari pemukiman. Seyogyanya para petinggi khususnya di SUMEDANG mesti mengkaji dampak negatif yang akan timbul di kemudian hari.

    sebagai pedoman :
    http://www.kamase.org/pemanfaatan-geothermal-dan-dampaknya-terhadap-lingkungan/

    http://walhibali.org/?p=297

    http://www.karir-up.com/2009/06/kembali-warga-demo-pt-chevron/

    http://aepsabdullah.blogspot.com/

  5. abdi mah ngan saukur rahayat biasa tp salahsahiji anu kontra ka proyek geothermal,asa lebar alam anu sakieu tingtrimna di gadabah ku nginjeum leungeun ngaran kamajuan,ah…..bating teu satuju……..

  6. terima kasih atas semua komentar pembaca. pada prinsipnya kami dari Sumedangonline.com hanya menyajikan artikel terkait keberadaan rencana Proyek Geothermal tersebut. Pro Kontrak atas keberadaan proyek itu sendiri dikembalikan kepaa masyarakat yang terkena dampak. terimakasih. (redaksi)

  7. Tulisan yang bagus, adalah tulisan yang seimbang, antara keuntungan dan kerugian, sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan bahwa tulisan tersebut netral atau tidak memihak. Tulisan diatas masih dari sisi teorinya saja, sementara dampak dari teori tersebut yang diterapkan di daerah lain tidak dimunculkan. seharusnya tulisan tersebut disandingkan dengan tulisan dampak geothermal yang terjadi di Gunung Salak. Dieng, atau di Bali, sehingga masyarakat dapat mempertimbangkan pilihan mereka berdasarkan informasi yang lengkap. Sisi lain menurut saya, keuntungan yang diperoleh tidak seimbang bila dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan. Nilai 4,5 milyard per tahun bila dibagi per bulan hanya 400 juta saja. bukan nilai yang besar dibandingka dampak sosial.
    Penulis dan saya pasti tidak akan menemukan titik temu, karena dasar pemikirannya berbeda, antara keuntungan materi dan keuntungan ekologis, namun setidaknya ada sedikit pencerahan buat penulis, bahwa dampak jati gede jangan sampai dianggap masalah ringan, sehingga muncul tekanan baru kepada orang sumedang atas nama pembangunan dengan wujud geothermal.

  8. Halah raribut teuing euy…tanya diri sorangan….geus mere mangfaat naon maraneh ka balarea ? ulah ukur cungur we hararus ngoreksi batur, bari sorangan angger we leuwih mentingkeun beuteung sorangan…

  9. begini, pemerintah, dari pusat sampai daerah,pemrov dan pemda, juga PT Wijaya Karya Geothermal Power serta stakeholder terkait lainya harus memberikan sosialisasi ke warga Smd,… sampai masyarakat benar2 paham yang namanya ekspoitasi panas bumi di Tampomas

  10. Konsep memang hebat, Aplikasi can tangtu Kang..Arek kumaha wae wujudna nu penting mangpaat keur umat oge alam teu ruksak, tong kawas ayeuna rek indit ka nu jadi aki jeung nini oge nepi kalangsu jalaran keusik di gali teu make nurani, mana tanggung pangawasa jeung pangusaha ?????

  11. Alhamdulillah.. Semoga pemerintah paham, khususnya pemerintah daerah jawa barat agar lebih peduli untuk menjaga daerahnya dari naluri kapitalis jakarta.. Aamiin!

  12. Mohon jawaban dari yang berwenang di pemkab sumedang :
    -kuayana aktifitas galian pasir di lereng gunung tampomas Galian ayeuna geus tepi kaluhur gunung, kumaha status amdalna : bahaya / aman ?….kuring mah teu ngarti elmuna, kurarasaan mah kaayaan eta gues bisa ngabahayakn ..

    -Iraha rek distop ekploitasi gunung tampomas teh ?

    Sakitu, nuhun …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin menerima update terbaru dari SUMEDANGONLINE OK TIDAK