DAERAH  

Omset Pengepul Batu Gunung Julang Menjanjikan

CISITU – Hujan menyebabkan sejumlah pemulung muntahan batu proyek Gunung Julang, tak dapat beraktifitas. Pasalnya, saat hujan turun apalagi dengan intensitas tinggi, aktivitas penambangan Gunung Julang dihentikan pihak proyek.

Adanya penambangan Gunung Julang bagi sebagian penduduk di kawasan itu, dipandang menguntungkan karena mereka dapat menjadi pengepul batu dengan omset jutaan rupiah perbulan
Adanya penambangan Gunung Julang bagi sebagian penduduk di kawasan itu, dipandang menguntungkan karena mereka dapat menjadi pengepul batu dengan omset jutaan rupiah perbulan

“Ya, kalau sudah begitu kita diam saja. Karena gak ada mobil yang lewat. Karena selama ini kita itu mengambil batu dari batu-batu yang jatuh dari mobil-mobil proyek yang lewat,” kata Edi (60) warga Pangjeleran, Desa Cigintung, Kecamatan Cisitu ditemui di lokasi kerjanya, Jumat (08/02).

Pengakuan Edi, dalam sehari dia dampat mengumpulkan batu sedikitnya 5 meter kubik atau setara dengan satu engkel mobil truk. Itu dia dapatkan dari jarak pemulungan batu sekira 100 meter.

“Karena di sini sekarang sudah dibagi-bagi, lebih dari 10 titik. Makanya, pertitiknya itu sekitar 100 meter,” terang dia.

Memanfaatkan limbah batu proyek tersebut, sudah dilakoninya sejak 2 tahun lalu. Sebelumnya, sebut dia, batu-batu itu dia jual ke para pembeli yang sengaja datang ke tempatnya bekerja. Namun, kini para pengepul dapat menjual langsung barang hasil pungutannya itu ke stoom cluster yang ada di kawasan itu.

Baca Juga  Sri Ajak Warga Bikin Biopori

“Kalau ke pembeli yang datang ke saya, paling saya mendapat Rp 100 ribu per-hari. Sekarang dengan adanya stoom cluster, pendapatan perhari saya dapat Rp 200-300 ribu per-hari. Lain dari itu kalau ada kebutuhan mendadak, saya dapat meminjam atau istilahnya ngijon dulu, kalau dulu tidak,” papar Edi.

Senada dikatakan salasatu Ketua RT di Dusun Cipeuteuy, Desa Cisitu, Narsim. Ia bahkan mengaku sudah melakoni kegiatan mulungan batu proyek sejak 4 tahun silam. Semula dirinya mempunyai penambangan batu sendiri di lokasi itu. “Iya, pertama kalinya kita membuka penambangan dilahan milik,” jelasnya.

Disebutkan Narsim, para pemulung batu terutama yang berada di wilayah Desa Cisitu, sudah terdaftar di Desa Cisitu, jumlanya ada 15 orang. “Yang tercatat di Desa Cisitu memang ada 15 orang, tapi kalau di lapangan itu bisa lebih. Karena banyak yang bergabung ke mereka yang sudah di catat,” ungkapnya.

Baca Juga  Warga Cilopang, Berharap Jalan Diperbaiki

Keberadaan stoom cluster yang dibangun atas kebersamaan warga yang terkena dampak Gunung Julang itu pun, disebut Narsim, sangat membantu pihaknya yang mengumpulkan batu-batu jatuhan dari mobil-mobil proyek yang melintas. “Wah, sangat membantu sekali. Bahkan, pekerjaan ini boleh dibilang paling irit biaya. Hanya saya memerlukan martil saja, sambil nyari rumput buat ternak. Abis itu menunggu batu yang jatuh dari mobil proyek, makanya rumput dapat, batu juga dapat dan langsung kita kirim ke stoom cluster,” terang dia.

Dihubungi secara terpisah Ketua Konsorsium OTD Jatigede, Drs Dedi Kusmayadi, menilai jika lokasi penambangan gunung Julang, nantinya akan memiliki potensi yang luar biasa jika proyek Jatigede jadi.

Sementara menyikapi maraknya para pengumpul batu di wilayah itu, sebut dia, hal itu sangat baik. Karena terjadi hubungan simbiosis mutualisma. “Semua diuntungkan dengan adanya para pengumpul batu itu. Tak dapat dibayangkan kalau tak ada pengumpul batu, pasti batu-batu yang jatuh akan berserakan. Padahal kita tahu sendiri, jalan proyek Jatigede itu sekarang tak hanya dilewati mobil proyek tapi juga mobil umum. Nah, dengan adanya pengepul, jadinya di jalan itu tak ada batu yang berserakan lagi, selain itu ke pengepul juga mendapat keuntungan,” ungkap dia.

Baca Juga  OTD Jatigede Ontrog DPRD

Keberadaan stoom cluster juga sebut dia, memberikan keuntungan tersendiri bagi para pengepul meski kapasitasnya masih minim. “Ya lumayan saja, dapat memberdayakan dan membantu masyarakat. Kalau dulu kan sering ada istilah dianjuk bahkan sampai tak dibayar, sekarang dengan adanya kebersamaan dan membuat stoom cluster, jadinya masyarakat mengumpulkan disatu titik,” terang dia. (ign)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin menerima update terbaru dari SUMEDANGONLINE OK TIDAK