BANGUNAN SMP, EKSLUSIF DI DESA MEKARASIH

JATIGEDE, Bagi warga Desa Mekarasih, Kecamatan Jatigede, berdirinya bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan sesuatu yang ekslusif, apalagi saat ini dari dua dusun yang ada di Desa Mekarasih lebih dari 100 siswa SMP harus bersekolah melintas keluar kecamatan Jatigede, hal tersebut disampaikan kepala Desa Mekarasih, Cecep Suryana (34), saat dihubungi sumeks melalui telepon pribadinya, Jumat (06/05) kemarin.

Saat ini, menurut penuturannya, siswa di desanya, untuk pergi ke SMP yang ada di kecamatan Jatinunggal dan Wado harus menempuh jarak antara 7 – 10 km, transportasi yang minim pun membuat para siswa harus berjalan kaki, terkadang mereka harus bangun pagi – pagi dan ikut serta dengan warga yang kebetulan pergi ke pasar.

“kalau pagi – pagi anak – anak suka ikut dengan mobil yang akan ke pasar, kalau siangnya mereka berjalan kaki, terkadang mereka juga ada yang naik ojeg”, tuturnya.

Lebihlanjut ia menyebutkan, untuk dusun satu; wilayah Cibunut dan Cilimus para siswa lebih memilih melanjutkan sekolah ke SMP yang ada di kecamatan Wado, sementara untuk dusun dua; Ciboboko dan Cibadak, mereka memilih melanjutkan sekolah ke SMP yang ada di kecamatan Jatinunggal.

Suryana, menilai, permasalahan utama tidak dibangunnya sekolah dan prasana penunjang lainnya, karena Desa Mekarasih berbatasan dalam wilayah pembangunan Waduk Jatigede. Beberapa akses jalan, misalnya, terbengkalai seperti tidak mendapatkan perhatian pemerintah.

“jalan – jalannya pun sekarang semakin memprihantinkan, karena lokasi masuk kedaerah genangan Wado, Cadasngampar”, ungkapnya.

Prihatin atas nasib warganya saat ini pihak Desa Mekarasih sedang mengurus surat – surat untuk mendirikan SMP Terbuka melalui sebuah Yayasan.

“kalau pun tak ada SMP, SMP Terbuka pun tidak jadi masalah asal masyarakat warga kami dapat lebih dekat dalam melanjutkan pendidikan, guna tercapainya pendidikan dasar sembilan tahun yang diprogramkan pemerintah”, harapnya.(igun)

Respon (3)

  1. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Saya sebagai mantan anak yang telah mengalami bagaimana capeknya berjalan dari kampung Ciboboko ke sekolah SMP Tarikolot selama 3 tahun menyambut baik rencana dibangunnya SMP di desa Mekarasih. Masyarakat agar membantu program tersebut. Apalagi kalau bendungan Jatigede selesai maka wilayah desa Mekarasih untuk akses ke Wado dan Jatinunggal terhalang oleh genangan air waduk. Jalan lingkar merupakan alternatif untuk keluar desa. Namun untuk ke sekolah SMP tetap jauh dan memerlukan biaya/ongkos transportasi yang lumayan besar. Untuk saya siap mendukung program tersebut.

  2. saya sangant mendukung atas program yang akan dilaksanakan oleh desa saya, dan saya sebagaimantan siswa smp tarikolot yang berdomisili di ciboboko dan telah merasakan perjalanan selama 3 tahun antara ciboboko ke tarikolot yang sangat melelahkan itu…mudah-mudahan di kemudian hari dalam mengenyah pendidikan tidak begitu jauh kasihan kepada anak cucu kita…semoga dapat perhatian dari pemerintah setempat atas sepakterjang kepala desa mekarasih yang sekarang, dengan catatan kepada para pejabat yang berwenang bukan hanya perhatian, tapi harus terlaksananya cita-cita pendidikan di desa mekarasih tersebut, untuk mencetak anak bangsa yang berpotensi demi mengisi negara RI ini..salam Edi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *