DAERAH  

Tomcat Teman Petani, Jangan Dibasmi

Atis menunjukan seekor sireum toktrok yang diduga mirip dengan tomcat (Paederus fasciatus).

JATINUNGGAL – Masyarakat di pinggir pesawahan Dusun Panamur, Desa Tarikolot, Kecamatan Jatinunggal ternyata sudah tidak asing dengan tomcat (Paederus fasciatus), pasalnya binatang dari jenis serangga itu sudah lama mereka kenal dengan nama daerah sireum toktrok.

Menurut Imas, sireum toktrok kerap hinggap di tanaman kangkung yang berada di belakang rumahnya. “Saya sering melihat binatang itu, tapi saya kira tidak berbahaya, selama habitatnya tidak diganggu oleh manusia,” ucapnya kepada Sumeks di kediamannya, Jumat (23/03).

Suaminya, Atis Sutisna, membenarkan pernyataan istrinya itu. Sayangnya sejak gencar-gencarnya berita tentang mewabahnya, tomcat di provinsi Jawa Timur, sejak sebulan lalu ia lebih memilih membabat tanaman kangkungnya, karena khawatir cairan dari bisa tomcat itu benar-benar berbahaya.

“Walau pun memang selama ini sireum toktrok itu, tidak pernah menganggu kami. Tapi saya juga khawatir, dengan pemberitaan miring di televisi hingga sayapun membabat tanaman kangkung, apalagi anak saya masih balita, kalau tidak ada anak kecil saya biarkan saja. Ada sekitar sebulan lalu, tapi kalau sampai membasmi dengan menyemprotkan pestisida, tidak,” ujarnya.

Kejadian seperti dialami beberapa warga seperti diberitakan media saat ini, pernah ia alami, namun ia mengaku mempunyai cara ampuh menghilangkan bisa serangga itu. Ia menyebut hanya dengan mengusapkan lumpur atau abu gosok, rasa penas dan gatal akibat bisa serangga itu pun hilang.

Lebih jauh Atis menyebutkan, binatang tersebut tidak pantas untuk dibasmi, apalagi tomcat bukan merupakan hama, tapi dia sejenis predator yang dapat membasmi hama wereng.

“Kalau dibasmi pasti wereng merajalela dan merugikan petani, saya harapkan dinas terkait terutama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumedang, harus segera mensosialisasikan kepada warga Sumedang agar tidak membasmi sireum toktrok, saya kira dia bukan binatang berbahaya justru teman petani, sayang kalau mereka di bunuh,” tuturnya.

Berubahnya lahan pesawahan jadi lahan pemukiman, menurut Atis, disinyalir sebagai penyebab utama kenapa tomcat bisa bermigrasi ke rumah penduduk. “Supaya tomcat tidak mengamuk yang fungsikan sawah sebagai sawah, bukan dijadikan pemukiman,”ungkapnya.

Hal senada dikatakan pakar penyakit, hama, dan tanaman Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Suputa, ia segera mengingatkan pemerintah, tomcat bukanlah hama yang pantas dibasmi. Menurut Saputra, seperti dikutip Sumeks, dari Vivanews.com, tomcat bukan hama tapi predator musuh wereng.(ign)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *