Oleh: Kapolres Sumedang AKBP. EKO PRASETYO ROBBYANTO, S.H., S.I.K., M.P.I.C.T., M.I.S.S.
Sungguh kematian bisa datang kapan saja. Tidak dapat diduga. Tidak dapat dikira. Tidak bisa diprediksi sebelumnya.
Masih sangat segar di ingatan saya. Bagaimana dalam tempo hitungan detik lumpur dan batu membuat puluhan orang menemui ajal di lokasi longsor desa Cihanjuang, Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
Ada anak kecil yang dengan serius merekam dengan kamera hp seluruh proses persiapan evakuasi longsor pertama oleh para petugas terkait seolah ia seorang jurnalis profesional, dalam hitungan detik tergulung dan terkubur dalam tanah. Betapa sedihnya kedua orang tuanya yang sedang menanti di rumah.
Ada seorang ibu bersama tiga anaknya, menanti sang suami pulang mencari nafkah. Namun alangkah kagetnya sang suami ketika melihat rumah yang ditempati istri dan ketiga anaknya telah rata dengan tanah tanpa menyisakan apapun. Ia pun tak kuat menahan air mata dan histeris. Sambil sesekali meronta merasakan kesedihan yang tak terkira. Ada juga seorang bapak yang mencari kedua anaknya dan kedua orang tuanya dimana anak anak tersebut sedang dititipkan di kediaman orang tua bapak tersebut ( atau kakek nenek dari anak anak itu ) yang saat itu telah hilang ditelan bumi seketika.
Ada satu keluarga besar yang tengah merapikan sisa sisa hajatan pernikahan siang harinya. Tak disangka dalam hitungan detik, lokasi hajatan itu menjadi zona 1 evakuasi karena sebagian besar jenazah ditemukan di titik tersebut. Masih segar dalam ingatan saya bagaimana sosok Danramil Cimanggung , sdr YEDI (Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumedang), Mantri Kepolisian Kecamatan Cimanggung Sumedang, beberapa anggota Pramuka, relawan dan anggota Basarnas yang menyambut kedatangan saya sembari kami bertukar salam dan menanyakan kabar. Namun dalam hitungan detik saya harus melakukan proses evakuasi terhadap rekan rekan sejawat dan seperjuangan tersebut.
Bagaimana lumpur tiba tiba datang semata kaki (seolah menghambat kita lari) dan batu sebesar mobil yang bagai terbang ke sana kemari seperti memilih ajal seseorang dalam hitungan detik sungguh bukanlah hal yang bisa dilupakan tanpa meninggalkan trauma dan diterima akal sehat.
Saya dapat membayangkan perasaan seorang komandan yang tengah menerima laporan dari stafnya namun tiba tiba hilang komunikasi tanpa kabar lanjutan. Itulah perasaan yang dirasakan rekan sejawat saya di Forkopimda Sumedang, yakni Dandim Sumedang dimana beliau sempat tertegun dan terdiam dilanda kekalutan ketika sang Danramil lost contact.
Saat itu tidak lagi terpikir siapa kita ataupun hal hal lainnya, yang terpikir hanya bagaimana bisa berlari menyelamatkan diri dari lokasi itu secepat mungkin. Dalam hitungan detik kita melupakan status sosial, jabatan, pangkat dan sebagainya kembali ke fitrah kita sebagai mahkluk Allah dan membiarkan ajal memilih siapa yang telah habis waktunya dan siapa yang belum tanpa bisa berbuat apa apa.
Terakhir, banyak yang menyampaikan kepada bahwa saya selamat karena mampu berfikir cepat dalam mencari jalan keluar alternatif untuk memecahkan kaca masjid (karena memang cuma saya yang melakukan hal itu) dan memberi jalan yang lain sehingga menyelamatkan banyak nyawa. Namun sungguh, itu semua rencana Allah karena saya menyaksikan beberapa yang mencoba lari mengikuti jalan saya pun ada yang tidak sempat dan tersapu material tanah, dan orang orang yang mengikuti jalan lari yang saya buat bukanlah selamat karena hal itu tetapi memang karena umur dan rezeki mereka masih ada sesuai ketentuan Allah.Sungguh rencana Allah luar biasa dan mutlak.
================
Mari kita doakan mereka semua yang berdiri di samping kiri dan kanan saya sewaktu kejadian itu, yang juga ingin menulis testimoni seperti ini, yang melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk Indonesia, agar termasuk golongan orang-orang yang husnul khotimah di akhir hayatnya. Dan kita yang masih hidup di dunia, dapat mengambil pelajaran berharga. Bahwa kita hidup di dunia yang fana, dan yakinlah kalau ajal itu begitu dekat dan cepat tanpa kita bisa berbuat apa apa saat ia menghampiri.
Keluarga yang selalu kita cinta. Cepat atau lambat kita akan berpisah dengan mereka. Kita dulu yang meninggalkannya, atau mereka dulu yang mungkin meninggalkan kita. Hargai waktu dengan banyak menghabiskan waktu yang barokah dengan mereka. Beramal baiklah di sisa waktu kita dan bersedekahlah. Jadilah kita orang yang bermanfaat untuk orang lain, bukankah itu sebaik baiknya manusia?
Tidak perlu berbangga-bangga dengan status sosial, kekayaan, jabatan dan sebagainya karena yakinlah ketika ajal mendekat tiada artinya dan tiada yang perduli dengan semua itu. Karena semuanya akan sirna di telan waktu. Tiada pesta yang tak pernah berakhir. Siapkah kita memikul pertanggungjawaban di akherat yang kekal? Mari kita jawab dalam nurani terdalam masing masing.
Sungguh Allah Ta’ala Maha Kuasa. Kita sebagai manusia sangat..sangat lemah tak berdaya dihadapan-Nya. ( sebuah catatan kecil Kapolres Sumedang- Januari 2021)
===============
Allah Swt berfirman:
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
Rasulullah Saw bersabda:
إذا أراد الله قبض عبد بأرض جعل له إليها حاجة
“Sesungguhnya jika Allah menghendaki untuk mencabut nyawa seorang hamba di suatu tempat, maka Allah jadikan hamba itu memiliki keperluan di tempat tersebut.” (HR. Al-Hakim dan Bukhori dalam adab al mufrad)
Wallahu a’lam bis shawab