DAERAH  

Wabup Hadiri HUT Desa Tamansari

Opik Hadiri HUT ke-28 Desa Tamansari. Foto:Igun Gunawan

CIBUGEL – Camat Cibugel, Widodo Heru PPAM, mengaku selaa 2 tahun terakhir Pemerintah Kabupaten Sumedang “ngogo” ke Kecamatan Cibugel, itu terbukti dari beberapa pembangunan infrastruktur di Kecamatan Cibugel yang terus digenjot, seperti perbaikan jalan kabupaten yang menghubungkan Kabupaten Sumedang dengan Cibugel melalui Kecamatan Darmaraja dan Wado yang pembangunannanya sedang berlangsung.

“Dua tahun terakhir ini Kecamatan Cibugel merasa diogo oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang, karena mendapatkan alokasi dana APBD yang cukup besar sehingga dapat membangun infrastruktur diantaranya pembangunan jalan, selain itu ditahun ini pun Kecamatan Cibugel akan mendapatkan P2IP,” kata Widodo dihadapan Wakil Bupati Sumedang, H Taufiq Gunawansyah SIP, MSI, dalam acara HUT ke-28 Desa Tamansari, di depan kantor Kepala Desa Tamansari Kecamatan Cibugel, Minggu (25/09) kemarin.

Acara yang bertajuk “Selangkah Lebih Maju Bersama Karangtaruna” seolah-olah ingin membuktikan bahwa karangtaruna di Desa Tamansari masih ada, hal tersebut terlihat dari seluruh kegiatan yang lebih banyak melibatkan karangtaruna desa setempat.

“Ini untuk membuktikan bahwa Karangtaruna Mekarjaya masih hidup,” papar Rudi Saprudi, ketua Pelaksana Kegiatan HUT ke-28 Desa Tamansari kepada sumedangonline.

Sementara itu, Wakil Bupati Sumedang H Taufiq Gunawansyah SIP MSI, secara tegas mengatakan Sumedang sampai saat ini belum memiliki symbol yang menjadi kebanggan warga Sumedang, padahal symbol tersebut sebenarnya sudah ada.

Simbol dimaksud Opik, adalah tanaman Hanjuang, menurut Opik, tanaman Hanjuang tersebut telah ditanam leluhur Sumedang sejak abad ke-5 dan sampai saat ini masih tumbuh dengan subur di kawasan kota maya, Opik menilai tumbuh suburnya tanaman Hanjuang yang umurnya sudah ratusan tahun itu menandakan bahwa Sumedang akan bangkit.

“Salahsatu symbol Sumedang adalah tanaman Hanjuang, yang ditanaman oleh Mbah Jaya Perkasa sejak tahun 400 hingga sekarang masih ada, itu memberikan symbol bahwa Sumedang harus nanjeur deui,” papar Opik.

Selain itu Opik pun menyinggung tentang sikap pemimpin saat ini dibanding dengan para pemimpin Sumedang masa lalu, diakui dirinya pemimpin masa lalu seperti misalnya Pangeran Aria Suriatmadja lebih condong memikirkan rakyat daripada dirinya.

Akibat kepemimpinannya yang pro rakyat tersebut, putra Sumedang yang diberi julukan Pangeran Makkah ini pun semasa pemerintahan Hindia Belanda sangat disegani, pantas jika beliau mendapatkan penghargaan berupa Lingga, yang kekinian bangunan tersebut menjadi lambang Sumedang.

“Pemimpin dahulu itu yang dipikirkan itu adalah rakyat, sehingga saatnya kita saat ini membuka tutungkusan karuhun baheula yang harus dibuka saat ini, karena selama ini kita lupa termasuk pemimpin dan masyarakat Sumedang saat ini,” lanjut Opik.

Acara HUT Desa Tamansari ke-28 juga diisi dengan penanaman pohon Hanjuang yang akan menjadi cirri Sumedang.

“Mau diikuti atau tidak, tapi kalau Sumedang mau mempunyai jatidiri urang Sumedang, mari kita tanam Hanjuang di depan rumah, kalau tidak ada pekarangan bisa ditanam di pot,” ajak Opik.(igun gunawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *