ARSIP  

Komunitas Vespa Tepis Tanggapan Negatif

Musik Reagge,baju butut,badan lusuh,pemandangan yang kerap kita lihat dari keseharian anak-anak Vespa,atau lebih akrab dengan sebutan Vespa Komunitas.Vespa yang dianggap motor tua produk negerinya klub sepak bola AC Milan itu malah kerap di cari oleh sebagian pe-hobby.bahkan sampai rela mengeluarkan kocek berlebih jika ada vespa yang mengandung nilai,atau berumur tua.

Komunitas vespa bukan monopoli suatu kaum.Tua,muda,pejabat penganggur bahkan sampai anak jalananpun ada di dalamnya,mereka memiliki jiwa yang bebas,mereka memiliki jiwa kekerabatan yang tinggi,tak jarang komunitas ini,menggelar event untuk saling berbagi.

“Terakhir kami kumpul di Garut,tepatnya di Situ Bagendit”,ujar Agif pentolan KOPA (Komunitas Vespa Darmaraja), saat asyik nongkrong di Base Campnya.

Ditanya agenda yang digelar,dia cuma mengungkapakan,bahwa pertemuannya di Garut,hanya rutinitas biasa yang sering digelar Komunitas Vespa.

Menariknya secara personal,anak-anak vespa ternyata lahir dari keluarga yang punya status sosial lebih,tapi ironisnya mereka terlihat seperti anak jalanan yang tidak terurus,berpenampilan apa-adanya.

“Di Vespa (Komunitas Vespa)tidak ada peng-kelas-an,semua sama,jika ada anak Vespa punya pemikiran seperti itu keluarlah dari sini(Komunitas Vespa)”,ungkap Bongkeng dari Scooter Ragudig Club,ber api-api.

Menyoal masalah anak Vespa erat kaitannya dengan drugs atau alcohol(Minuman keras),mereka tidak menampik.

“Kami akuin kami memang masih mengkomsumsi minuman kalo ada event-event pertemuan,tapi itu tidak semua,bahkan hanya sebagian kecil”,ungkap seseorang yang minta dirahasiakan namanya.

“Untuk drugs engga lah kami minum Cuma buat have fun”,tambah Bongkeng.

Maraknya komunitas Vespa di Sumedang menggambarkan bahwa komunitas Vespa memang di minati oleh banyak kalangan.Di Sumedang sendiri ada sekitar 20 klub Vespa,diantaranya,Scooter Ragudig klub,yang bermarkas didaerah Parigi dan KOPA yang bermarkas di Darmaraja.

Disisi lain masyarakat kadung punya pandangan negatif terhadap anak-anak komunitas Vespa,mereka menganggap anak-anak Vespa kurang kerjaan,tidak sopan dalam berpakaian dan seabrek image negatif lainnya yang dialamatkan ke komunitas Vespa.

“Mereka seperti kurang kerjaan,kesannya juga jorok,lihat motornya saja banyak sampahnya”,ujar warga yang diminta pendapatnya,saat melihat konvoi anak Vespa menuju Garut,pada saat beberapa hari yang lalu.

Tapi setelah BNC ikut nongkrong di salah satu Base Camp komunitas Vespa,mungkin anggapan negatif terhadap komunitas ini,bisa di makzulkan,terlihat dalam kegiatan kesehariannya ternyata mereka memiliki bakat potensi berlebih,mereka belajar mesin,mereka jual spare part,jual beli motor,bahkan mereka sibuk diskusi tentang berbagai peluang bisnis.ini mungkin sisi positif yang tidak bisa terlihat oleh masyarakat

“Saya mencoba mengarahkan mereka untuk berpikir bisnis,di samping nongkrong seperti ini”,ungkap Bustomi, pemilik bengkel,yang dijadikan Base Camp KOPA.

Untuk usaha menepis pandangan negatif itu memang tidak mudah,semua kembali ke person masing-masing,karena di komunitas Vespa tidak mengenal aturan ataupun undang-undang yang mengikat,disini orang-orang bebas,komunitas Vespa adalah kebebasan,tapi bukan berarti kami artikan kebebasan yang negatif.ujar Bustomi menambahkan sekaligus menutup pembicaraannya dengan BNC.(bonang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *