
Wado (SumedangOnline). Bencana Tanah Longsor terjadi di Bukit Parigi, Desa Sukapura, Kecamatan Wado, Kamis (20/05). Akibatnya 156 Ha sawah terancam Gagal panen, hal itu karena saluran sungai Cigunung tertutup timbunan longsor.
Kepala Desa Sukapura Tarmedi (39) membenarkan tentang kejadian tersebut, pihaknya baru mengetahui dari laporan warga, hari Jumat Pukul 06.00 WIB. Setelah itu pihaknya langsung membuat laporan ke instansi terkait, tidak ada korban jiwa dalam musibah bencana alam tersebut karena kejadiannya malam, kerugian materiil ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Dugaan sementara penyebab longsor karena tersumbatnya saluran Irigasi, sehingga air meluap, dan menimbulkan longsor. Tanah dilokasi tersebut menurut Sekretaris Desa Sukapura Tarwan, sebagian tanah porang.
“Akibat Longsor, sehingga saluran tertutup. Air meluap karena tekanan berat, akhirnya ambruk.”Tutur Kepala Desa.
Lebih lanjut, Tarmedi menyebutkan longsor yang terjadi sekarang, bukan kali pertama terjadi, sebelumnya tahun 2004, 2005-pun sempat terjadi longsoran – longsoran kecil dibagian atas bukit. Beruntung Juni tahun 2008 pihaknya mendapat bantuan untuk mengantisipasi longsoran tersebut dari KSDA Pemerintah Provinsi Jawa Barat senilai Rp 325jt, bantuan tersebut menghasilkan saluran tertutup 110 meter, lining 100 meter.
“Tahun 2008, Dapat bantuan 325 jt dari KSDA Provinsi Jawa Barat untuk, saluran Irigasi tertutup”Ujarnya.
Namun sayangnya, Kamis (20/05). Harapan warga, yang tadinya berharap longsor tidak akan terulang lagi, sirna sudah. Saluran tertutup yang didanai dengan biaya ratusan juta rupiah tersebut justru turut hanyut terbawa oleh gurasan tanah.
SumedangOnline bersama dengan Sekretaris Desa Sukapura Tarwan, Senin (24/05), mencoba menelusuri wilayah longsor. Lokasi kejadian berjarak 3 Km dari Desa Sukapura, dan 7 km dari Kecamatan Wado. Warga sudah bergotong royong membuka jalan sejak pukul 06.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB, karena peralatan yang sederhana, pengerjaan tersebut menjadi terhambat. Panjang Longsor mencapai 120 meter dengan ketinggian tebing yang longsor mencapai 70 meter.
“Langsung saya menggerakan masyarakat, kemudian laporan langsung secara lisan, pakai potomah belum, apalagi, proposal, saya semaksimal mungkin berusaha, secara swadaya dulu, tapi saya rasa tidak bisa, itu harus meggunakan alat berat, dan memerlukan biaya yang tinggi.” lanjut Tarmedi.
Warga berharap adanya bantuan dari Pemerintah, karena selain untuk saluran irigasi, juga untuk kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK), di dua Desa di Kecamatan Wado, yakni Desa Sukapura dan Cisurat. Sebelum datangnya bantuan dari Pemerintah warga berusaha untuk iuran sesama pemanfaat, dan disepakati besar iuran 2000/bata untuk lahan sawah.**(SO1/SO7)