• 18ºC, Sumedang
  • Jumaah, 13 Sep 2024 | 9 Rabiul Awwal 1446 H
Karya : IGUN GUNAWAN

[caption id="attachment_4749" align="alignleft" width="400" caption="Kepala Desa Cinangsi,Amat suparmat ( kedua dari kiri) saat menjawab pertanyaan dari warganya dalam rapat dialog di aula desa Cinangsi (24/10).acara tersebut di hadiri oleh Kapolsek Cisitu Ipda Bambang Sulihno.Foto Bonang"][/caption] Sumedang Online-Warga Desa Cinangsi Kecamatan Cisitu dengan tegas menolak lahan relokasi yang diajukan pihak pemerintah, ke daerah Palengseran.Warga berkumpul di Aula Desa Cinangsi menyampaikan aspirasinya melalui dialog terbuka dengan jajaran pemerintah desa (24/10) Dalam pemaparannya di depan warga, Amat Suparmat (52) Kepala Desa Cinangsi, menyatakan masalah relokasi memang sudah disepakati pihak desa dengan pihak pemerintah Kabupaten Sumedang, adapun lahan yang diajukan pihak desa adalah daerah Gunung Tanjung yang masih berada di kawasan Desa Cinangsi, kemudian daerah Beberan, juga masih kawasan Desa Cinangsi dan daerah Palengseran  yang terletak di Desa Cieunteung Kecamatan Darmaraja Namun pihak pemerintah kabupaten merekomendasikan untuk lahan relokasi warga Desa Cinangsi adalah daerah Palengseran. Menurut Amat, daerah Palengseran adalah tanah milik pemerintah. Sedangkan dua lokasi lainnya Gunung Tanjung dan Beberan masih daerah berpotensi bahaya, hal itu hasil dari kajian dari BMKG (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika). "Pihak desa akhirnya menyepakati rekomendasi pemerintah, bahwa daerah Palengseran menjadi lahan untuk relokasi warganya. Karena sebelumnya pihak warga juga mendukung, dengan  bukti tanda tangan persetujuan dari warga,”papar Amat. Pernyataan lain dikemukakan Rahmat Suandi (50),ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Ia mengatakan, bahwa pihak desa memang menyetujui daerah Palengseran untuk lahan relokasi, sebab pemerintah dan pihaknya memandang daerah Palengseran adalah daerah aman untuk relokasi. Sementara warga keukeuh menolak relokasi ke Palengseran,warga berpendapat, pindah ke Palengseran tidak akan menjamin kesejahteraan hidup. Daerah itu cukup jauh, warga menyayangkan tidak adanya koordinasi antara pemerintah desa dan warga sebelumnya, mengenai daerah Palengseran menjadi  lahan relokasi. Menanggapi adanya tanda tangan persetujuan warga, semua warga menampiknya, mereka menyatakan tanda tangan yang dibuat adalah kesepakatan untuk di relokasi,bukan untuk menyetujui daerah palengseran sebagai lahan relokasi. “Kami menanda tangani persetujuan kesiapan kami untuk di relokasi,tapi bukan menyetujui kesepakatan lahan relokasi," ujar Dimas Aditya, warga RT 03/04 dusun Ciumpleng. Cecen (42) warga Cinangsi yang juga anggota sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), meminta pemerintah desa meninjau ulang lahan yang akan dijadikan tempat relokasi warga, sebab pada dasarnya semua warga menolak Palengseran menjadi lahan relokasi. Cecen meminta pemerintah desa berdiskusi dengan warga tentang tujuan relokasi, supaya warga bisa dengan nyaman dipemukiman yang baru. “Pemerintah desa harus memperhatikan berbagai aspek untuk memilih lahan relokasi, seperti akses transportasi, akses peluang usaha demi kelangsungan hidup warga,” tandasnya. Cecen juga menilai pemerintah desa lambat dan terkesan jalan sendiri dalam menyelesaikan masalah ini, sehingga menimbulkan mosi tidak percaya dari warga. Cecen menegaskan, aspirasi masyarakat Cinangsi sudah lama terpendam, warga sudah capek dengan kondisi saat ini, efeknya warag berinisiatif menggelar rapat dialog. “Sebelumnya warga tak pernah diajak diskusi seperti ini, lihat saja mereka begitu marah mengungkapkan unek-uneknya.”ujarnya. Rapat dialog yang dihadiri Kapolsek Cisitu Ipda Bambang Sulihno itu memang sempat memanas, sebagian banyak warga protes dan kecewa terhadap kinerja pemerintah desa, yang mengabaikan aspirasinya. Sebagian warga malah ada yang meminta kepala Desa untuk mundur, jika bersikukuh Palengseran menjadi lahan relokasi. “Saya menolak relokasi ke Palengseran, sebab daerah itu jauh dan susah untuk peluang usaha, selain itu biaya anak sekolah akan meningkat,”ungkap Kasmita (63) warga RT 04/01, Dusun Ciumpleung yang rumahnya sudah hancur saat bencana pergeseran tanah terjadi Awal Februari 2010. Pada kesempatan terakhir Amat mengatakan, ia akan secepatnya menyampaikan keinginan warganya ke pihak pemerintah kecamatan dan kabupaten serta dinas terkait perihal lahan relokasi yang dikehendaki warganya. Disinggung lemahnya koordinasi pihak desa dengan warganya, Amat menampik. Pihak desa punya bukti tentang koordinasi di lapangan semenjak bencana ini terjadi. Bambang Sulihno menilai positip dengan terjadinya hal ini, jadi bisa terbuka permasalahan yang ada, Bambang meminta ada komunikasi yang intensif dari kedua pihak, sehingga tidak ada saling curiga yang akan mengakibatkan salah persepsi.(Bonang)/SUMEDANG ONLINE

[caption id="attachment_4749" align="alignleft" width="400" caption="Kepala Desa Cinangsi,Amat suparmat ( kedua dari kiri) saat menjawab pertanyaan dari warganya dalam rapat dialog di aula desa Cinangsi (24/10).acara tersebut di hadiri oleh Kapolsek ...


SumedangOnline - Warga yang terkena dampak dari pembebasan Jalan Lingkar di desa Sukapura mendatangi kantor kepala desa untuk pelepasan hak tanah mereka kepada pemerintah. Supaya hak mereka segera di berikan. Keseluruhan tanah yang terkena Proyek Jalan Lingkar di desa Sukapura hanya 3ha dengan jumlah total bidang 128 dan 108 kepemilikan. Kepemilikan bukan dari desa Sukapura saja ada yang dari luar desa termasuk desa Cisurat, Wado dan desa Cipasang, ungkap Kepala Desa Tarmedi (40) untuk masalah pembayaran tanah pemukiman di desa Sukapura unggul lebih tinggi dari desa – desa yang lain sekitar Rp 1.950.000, kalau untuk tanah darat dan sawah sama dengan desa yang lain. Pembayaran akan dilakukan melalui system transfer ke Bank BRI cabang Wado dan Darmaraja, karena masyarakat ada yang mempunyai Rekening di antara kedua Cabang bank tersebut. Dengan jumlah petugas yang turun ke desa Sukapura sebanyak 11 Orang. Tarmedi (40) berharap pemerintah segera membayar kepada masyarakat jika semuanya sudah selesai jangan di tunda tunda lagi ungkapnya. Begitupun seorang warga desa Sukapura Yaya (50) mengaharapkan pembayaran berjalan dengan lancer tanpa adanya potongan potongan.(mul)/SUMEDANG ONLINE

SumedangOnline - Warga yang terkena dampak dari pembebasan Jalan Lingkar di desa Sukapura mendatangi kantor kepala desa untuk pelepasan hak tanah mereka kepada pemerintah. Supaya hak mereka segera di berikan. ...


SumedangOnline – Banyaknya situs-situs leluhur Sumedang, yang akan tergenang oleh Mega Proyek Jatigede mendapat perhatian khusus Wakil Ketua DPRD Sumedang, Drs. H. Sarnata, ketika dimintai komentarnya oleh SumedangOnline, usai mengikuti Dialog dengan Warga Orang Terkena Dampak (OTD) Waduk Jatigede, di Balai Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Sabtu (16/10). Menurut, Sarnata, makam-makam yang tidak bisa dipindahkan telah masuk usulannya ke Dewan untuk ditinggikan,”Kata Kiwangsa Kuncen, dia mengusulkan bagaimana kalau dibikin nusa ke atas, bukan terapung tetapi tanah muncul. Sehingga selain penjiarah juga dapat dijadikan objek wisata”jelasnya. Ketika ditanya masalah anggaran, Sarnata menilai harus ada terlebih dahulu komunikasi dengan Satuan Kerja Proyek Jatigede, “Ya iya ada anggaran juga, itukan harus dikomunikasikan dengan Satker Jatigede”, ungkapnya. Sayangnya, sampai sejauh ini DPRD Sumedang belum membicarakan hal tersebut,”Baru ada masukan, Belum. Tadi juga ke Ki Wangsa diusulkan, Ki Wangsanya setuju”, lanjutnya.** (igun)/SUMEDANG ONLINE

SumedangOnline – Banyaknya situs-situs leluhur Sumedang, yang akan tergenang oleh Mega Proyek Jatigede mendapat perhatian khusus Wakil Ketua DPRD Sumedang, Drs. H. Sarnata, ketika dimintai komentarnya oleh SumedangOnline, usai mengikuti ...


SumedangOnline - Wakil Ketua DPRD Drs. H. Sarnata, mengaku tidak mengetahui persis sudah berapa persen perkembangan fisik proyek Jatigede sampai hari ini, hal tersebut menjawab pertanyaan reporter SumedangOnline, Igun Gunawan, seusai Dialog dengan warga Orang Terkena Dampak (OTD) Proyek Jatigede, di Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Sabtu (16/10). “O, itu saya tidak tahu, saya tidak monitor, satker yang punya gawe, dari pembangunanan proyek, saya tidak tahu”, ungkapnya.**(igun)/SUMEDANG ONLINE

SumedangOnline - Wakil Ketua DPRD Drs. H. Sarnata, mengaku tidak mengetahui persis sudah berapa persen perkembangan fisik proyek Jatigede sampai hari ini, hal tersebut menjawab pertanyaan reporter SumedangOnline, Igun Gunawan, ...


[caption id="attachment_4643" align="alignleft" width="400" caption="Drs H Sarnata hadir dalam rapat evaluasi konsorsium OTD waduk Jatigede (16/10/10). Bertempat di aula kantor Desa Leuwihideung,kecamatan Darmaraja.Foto:Bonang"][/caption] SumedangOnline - Warga Orang Terkena Dampak (OTD) yang mengikuti Rapat Dialog, di Balai Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Sabtu (16/10),  langsung dibuat berang ketika Drs. H. Sanarta Wakil Ketua DPRD Sumedang menyampaikan proses pembayaran rumah hantu akan dibayar apabila warga masyarakat memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB), hal tersebut menurut Sarnata sesuai dengan peraturan. “Kami, hanya akan membela warga yang telah berbuat benar, dan warga yang salah tidak akan kami bela”, tegas Sarnata. Hujan Interupsi pun tidak terbendung, sebagian warga justru mempertanyakan balik tentang pembayaran ganti rugi sebelumnya, mereka memandang ganti rugi sebelumnya tidak ada kaitannya dengan Izin Mendirikan Bangunan. “Klo, sekarang harus ada IMB, kenapa pembayaran-pembayaran yang telah lalu tidak, sebenarnya ada berapa persen dari warga di dalam OTD dan Luar OTD yang telah memiliki IMB?”, tanya salah seorang Kepala Desa. Ketika warga Jatigede mempertanyakan apakah Camat Darmaraja sekarang akan mengeluarkan IMB, Drs. Muhsin Balya, yang sekaligus sebagai salahsatu PPAT justru berkilah, “Saya ke Darmaraja sejak tahun 2009, sementara kejadian sebelumnya”. Ditemui secara terpisah Sarnata mengungkapkan, pihak Eksekutif dan Legislatif penuh perhatian terhadap warga yang terkena genangan, Sarnata juga memandang Jatigede merupakan proyek Pemerintah, maka bagaimana cara memuluskan proyek tidak terhalang dan tidak merugikan masyarakat, ”Selanjutnya masalah - masalah teknis dan sebagainya itu ada intansi terkait apakah rumah hantu itu akan dibayar atau tidak itu bukan wewenang kita, silakan BPKP, Kejaksaan dan sebagainya untuk melihat. Saya memberikan statement itu kan meliat di dalam konsep itu ada yang terakhir; itu ada cenderung ke Pengandilan”jelasnya. Lebih lanjut Sarnata, menilai adanya rumah-rumah hantu yang didirikan bukan didirikan oleh si pemilik tanah tetapi lebih merupakan si pemilik modal,”Sehingga ganti rugi bukan ke rakyat miskin tetapi ke pemodal”, sambungnya.**(igun/bonang)/SUMEDANG ONLINE

[caption id="attachment_4643" align="alignleft" width="400" caption="Drs H Sarnata hadir dalam rapat evaluasi konsorsium OTD waduk Jatigede (16/10/10). Bertempat di aula kantor Desa Leuwihideung,kecamatan Darmaraja.Foto:Bonang"][/caption] SumedangOnline - Warga Orang Terkena Dampak (OTD) ...


[caption id="attachment_4609" align="alignleft" width="300" caption="Jembatan Cibunut yang terputus,warga berharap perhatian pemerintah,walau jembatan tersebut berada di daerah genangan bakal waduk Jatigede.Bonang"][/caption] Sumedang Online-Jembatan yang menghubungkan antara dusun Cibunut dan dusun Ciboboko desa Mekar Asih kecamatan Jatigede terputus karena pondasi sudah tua.Kondisi jembatan yang konstruksinya beton itu roboh terbelah dua,seminggu yang lalu.Akibatnya akses jalan yang juga menguhubungkan ke wilayah Jatinunggal itu tak bisa dilewati warga,apalagi pengguna kendaraan. Terbelahnya bangunan pondasi jembatan tersebut mengakibatkan warga kedua dusun, harus memutar arah sejauh 1,5km dengan kondisi jalan yang rusak pula. Cecep suryana (33) kepala desa Mekar Asih yang di temui Sumedang Online(12/10) mengatakan, jembatan yang telah lama terputus ini akan segera di perbaiki hari Rabu (13/10) yang akan menggunakan Anggaran Dana Desa (ADD) sebesar 9,5 juta dan dana swadaya masyarakat desa Mekar Asih.Pelaksanaan pembangunan kembali jembatan tersebut akan melibatkan semua warga desa Mekar Asih,yang akan dilakukan secara bergotong royong. Cecep menuturkan pihaknya tidak mau mengajukan permohonan bantuan terhadap pemerintah,karena Cecep pesimis kalau pengajuannya akan dikabulkan,sebab selama ini pengajuan apapun tak pernah di perhatikan,mengingat daerahnya adalah daerah genangan bakal waduk Jatigede. “Percuma mengajukan juga,biasanya selalu ditolak,”ujar Cecep.Kami berinisiatif sendiri,mengingat jembatan ini memang penting bagi warga kami,sebagai akses transportasi untuk menunjang jalannya perekonmian warga kami,”tambahnya.Lebih jauh Cecep menerangkan bahwa jembatan ini juga, nantinya menjadi akses kendaraan pengerjaan jalan lingkar proyek Jatigede. . Tata carwita (45) salah seorang warga dusun Cibunut desa Mekar Asih berharap jembatan tersebut ingin segera di perbaiki karena merupakan akses penting bagi warga kedua dusun untuk akses ekonomi dan transportasi. Jika jembatan tersebut masih dalam keadaan rusak dan tidak bisa dilalui maka warga akan kehilangan mata pencaharian. Hal senada di ungkapkan Muhammad (52) warga Ciboboko desa Mekar Asih, jika jembatan tersebut tidak segera diperbaiki hasil pertanian yang siap panen akan terhambat.sebab jembatan itu satu-satunya jalan yang menghubungkan ke ladang kami.Bon/Mul/SUMEDANG ONLINE

[caption id="attachment_4609" align="alignleft" width="300" caption="Jembatan Cibunut yang terputus,warga berharap perhatian pemerintah,walau jembatan tersebut berada di daerah genangan bakal waduk Jatigede.Bonang"][/caption] Sumedang Online-Jembatan yang menghubungkan antara dusun Cibunut dan dusun Ciboboko ...


[caption id="attachment_3959" align="alignleft" width="400" caption="Menarik:Adu bagong memang menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat,seperti di arena adu bagong Desa Sukajadi Kecamatan Wado (8/8/2010).Foto Bonang"][/caption] Sumedang Online-Adu ketangkasan atau adu kekuatan antara babi hutan dengan anjing yang biasa disebut masyarakat dengan istilah adu bagong memang sudah tradisi turun temurun dari moyang kita dahulu,adu bagong memang sering dipertontonkan di berbagai wilayah di Jawa Barat,terutama di daerah Priangan. Banyak hal yang unik dari pertandingan adu bagong ini sehingga bagi sebagian masyarakat,merupakan suatu tontonan yang menghibur di kala waktu senggang. Seperti di daerah Dusun Sukanyiru,Desa Sukajadi,Kecamatan Wado,adu bagong sudah jadi rutinitas yang diadakan seminggu sekali,masyarakatpun antusias,karena selain ajang hiburan juga sebagai ajang kumpul-kumpul para masyarakat dan Karang Taruna setempat. Daerah Sukanyiru merupakan daerah pegunungan,banyak masyarakatnya adalah petani kebun,diantaranya petani menanam Kol dan Jagung,namun petani terkadang mengeluh oleh hama yang bernama babi hutan ini.banyak sudah kebun mereka di rusak oleh babi hutan. Termotivasi dari situ Waslim (40),dan masyarakat setempat sering berburu babi hutan.setiap ada laporan dari petani yang kebunnya di rusak,Waslim dan rekan-rekan terus berburu.. Dari hasil buruan itu,babi hutan yang di tangkap hidup-hidup,sengaja di pelihara untuk selanjutnya di tandingkan sama anjing. Waslim menuturkan, daripada babi hutan hasil buruan itu di binasakan sekaligus,lebih baik di tangkap hidup-hidup,tujuannya biar bisa di tandingkan di arena adu bagong Arena adu bagong sendiri di pandang Waslim bukan hanya sekedar buat hiburan masyarakat tetapi juga sebagai ajang melatih ketangkasan anjing. .”Adu bagong ini sebenarnya untuk melatih anjing-anjing biar terasah untuk berburu lagi,sebab jika anjing tidak di biasakan di latih seperti ini,anjing itu akan takut menghadapi babi hutan jika berburu nanti”,ujar Waslim saat di temui Sumedang Online di arena adu bagong Desa Sukajadi (8/8/2010). Lebih lanjut Waslim menuturkan,dari arena adu bagong ini, bahkan di jadikan ajang transaksi jual-beli anjing.dimana anjing-anjing yang kelihatan bagus dalam pertandingan adu bagong tadi bisa berharga mahal. Kisaran harga anjing yang bagus,untuk jenis anjing kampung adalah Rp. 4jt-5jt,bahkan untuk jenis Pittbull bisa di hargai  Rp.8jt-10jt.para pembeli sengaja melihat anjing-anjing incarannya dengan menyaksikan adu bagong ini. “ Sampai ada orang dari Padang datang kesini untuk mencari anjing,mereka sengaja melihat dulu anjing bertanding,kalau ada yang cocok,pasti mereka beli sekalipun dengan harga yang tinggi”,sambung Waslim. Ini Semata-mata Hanya Buat Hiburan Masyarakat Dusun Sukanyiru Desa Sukajadi,merasa terhibur dengan adanya adu ketangkasan antara babi hutan dan anjing ini, yang di gelar oleh para karang taruna setempat (8/8/2010).masyarakat menilai ini adalah hiburan wisata bersama.masyarakat berbondong-bondong menyaksikan arena ini,dari anak-anak sampai orang tua. Para penontonpun ternyata bukan dari warga Sukajadi saja,tetapi banyak penonton yang datang dari luar daerah,seperti Tasikmalaya,Garut,Majalengka dan Sumedang, “ Saya penasaran saja seperti apa sih adu bagong itu,ternyata setelah melihat,seru juga”,Ungkap Rani Widanti (18),Warga Bandung yang sengaja berkunjung ke saudaranya di Sukajadi,untuk melihat adu bagong. Rani yang sebelumnya belum pernah melihat adu bagong ini,begitu terhibur dengan melihat anjing-anjing yang menyerang babi hutan itu. “Saya sampai teriak melihat babi itu meraung kesakitan setelah digigit kupingnya sama anjing”;tambah Rani. Senada dengan Rani,Abah Apay (82),warga Dusun Sukanyiru,Desa Sukajadi,merasa senang,bahkan ia menyarankan supaya pertandingan adu bagong ini diiringi musik gendang dan terompet layaknya adu domba,supaya tambah meriah.Abah apay juga meminta kepada panitia supaya adu bagong ini diadakan seminggu sekali. “ Harus diakui,ini satu-satunya hiburan bagi warga sini (Sukajadi.red),daripada jenuh memikirkan ekonomi”,tandas Apay sambil tersenyum. Terselenggara Secara Sederhana. Adu bagong ini memang diadakan secara sukarela,yang terlibat hanya orang-orang yang suka berburu babi dan serta dorongan dari yang punya anjing.kepanitianpun di bentuk secara sederhana. Sumber dana hanya dari uang sukarela dari pemilik anjing,setiap pemilik anjing bisanya memberi uang ke panitia sekitar Rp.25-50 ribu.biaya yang terkumpul biasanya dialokasikan untuk para pemburu babi hutan.dan perawatan arena. “Uang tersebut kita kumpulkan dan kita bagikan untuk orang yang berburu babi hutan, selebihnya untuk biaya perawatan arena”,ujar Waslim yang juga merupakan ketua panitia. Hal itu di akui Adis (47),selain ikut dalam jajaran panitia,ia juga ternyata pemilik anjing.Adis memiliki 4 Anjing dari berbagai jenis,mulai dari anjing kampung sampai anjing ras. Adis menjelaskan walaupun dia masuk jajaran panitia tetapi dia tetap membayar untuk setiap anjing miliknya, yang akan di adu sama babi hutan. “Saya punya 4 anjing jadi,setiap anjing saya membayar Rp. 50 ribu,jadi 4 anjing,saya bayar Rp. 200 ribu”,ungkap Adis.Adis sendiri tidak merasa keberatan membayar sebanyak itu,sebab nantinya jika anjingnya terlatih dan terlihat trengginas akan menaikan harga jual anjing tersebut. “Iya benar arena ini sebagai uji coba dan pameran anjing untuk diperlihatkan pada pembeli,jika anjing itu bagus ya harga juga meningkat”,tambah Yoyon (31),warga Wado yang memiliki 10 ekor anjing dari berbagai jenis.sebelumnya Yoyon juga sudah banyak yang menawar anjing-anjing miliknya dengan kisaran harga Rp.2 juta.tetapi Yoyon masih menampik tawaran tersebut karena masih sayang untuk menjualnya. Sementara di hubungi di rumahnya, Dede Suhendar (29),Kepala Desa Sukajadi membenarkan adanya kegiatan dari adu bagong ini,menurutnya di Desa Sukajadi sudah sejak lama sering diadakan pertandingkan adu bagong ini.bahkan dari pemerintah Desa juga memang mendukung dan memfasilitasi berbagai kebutuhannya,seperti bambu untuk arena,dan tempat arena Lebih lanjut Dede menuturkan supaya adu bagong ini menjadi suatu daya tarik wisata tersendiri,sebab menurutnya adu bagong adalah tontonan yang unik untuk di lihat,serta jarang di diadakan di daerah lain “Ini hiburan bukan buat warga kami saja,tetapi banyak juga yang datang dari luar daerah kami,semuanya merasa senang dan terhibur”,ungkap Dede. Dede juga berharap pemerintah ikut sumbang saran,sebab kalau acara ini di kemas dengan baik,bukan tidak mungkin menjadi potensi ekonomi di daerah.sebab bisa di jadikan tontonan wisata yang juga bisa menambah Pendapatan Anggaran Desa (PAD).Apalagi sekarang sudah banyak investor dari Bandung untuk membuat Hotel dan Resort di daerah kami. Disinggung adanya praktek judi di arena ini,mereka langsung tegas menampik,baik dari panitia maupun Dede sendiri. “Disini tidak ada perjudian,disini hanya hiburan,jadi jangan kotori semua ini,ini hiburan masyarakat,bukan arena judi”,tegas Waslim mengakhiri pembicaraan.**(Bonang)/SUMEDANG ONLINE

[caption id="attachment_3959" align="alignleft" width="400" caption="Menarik:Adu bagong memang menjadi tontonan yang menarik bagi masyarakat,seperti di arena adu bagong Desa Sukajadi Kecamatan Wado (8/8/2010).Foto Bonang"][/caption] Sumedang Online-Adu ketangkasan atau adu kekuatan antara ...


[caption id="attachment_3896" align="alignleft" width="400" caption="Jatuh Sendiri:Seorang Guru menunjuk lokasi jatuhnya Siska,menurut saksi Siska jatuh di lokasi ini.Foto:Bonang"][/caption] Sumedang Online - Siska Ningrum (12) siswi  kelas VII SMPN 1 Darmaraja Meninggal akibat jatuh di lingkungan kampus sekolahnya di Jalan Raya Darmaraja KM 25 Sumedang, Selasa (03/08). Korban terjatuh saat jam istirahat sekira pukul 09:00 WIB, dengan posisi telungkup dan kepala miring ke sebelah kanan, tepat di depan kantin sekolah. Korban kemudian dibopong oleh Budi (28) seorang pedagang yang biasa mangkal di sekolah tersebut, dan membaringkannya dibangku dekat kantin, selang berapa lama korban dibawa masuk ke ruangan BP oleh Kasman (41) penjaga sekolah. Di ruangan itulah korban mendapatkan pertolongan awal, korban saat itu masih bernapas tetapi kaki mengalami kejang - kejang. Selang berapa lama korban akhirnya dibawa ke Puskesmas Darmaraja yang letaknya tidak jauh dari lingkungan SMPN 1 Darmaraja. Namun sampai di Puskesmas korban dinyatakan tidak bernyawa oleh Dr. Andita Novrianti (29), yang waktu itu menangani korban. “ Datang kesini korban sudah tidak bernyawa, kuku jarinya pun membiru”,ujar Andita. Sementara Itu Popon (49), ibu kandung korban terkejut setelah diberitahu tetangganya tentang kematian anaknya, Popon sangat menyayangkan keterlambatan pihak sekolah dalam menangani korban. Lebih lanjut Popon  menuturkan saat kepulangan membawa korban, tidak ada seorangpun dari pihak sekolah yang mengantar, bahkan Popon membawa korban dengan naik angkot. “ Saya naik angkot untuk membawa anak saya dari Puskesmas, tanpa seorangpun pihak sekolah yang mengantar”, ungkapnya yang membawa korban dari Puskesmas dengan membopongnya. Menurut Popon sebelumnya tidak ada tanda - tanda korban dalam keadaan sakit. “Tadi pagi berangkatpun anak saya dalam keadaan sehat”,imbuhhnya. Kapolsek Darmaraja Kompol Nana Sumarna membenarkan kejadian ini, pihaknya mendapat laporan sekitar jam 11.00 WIB melalui Kanitreskrim Aiptu Asep Suryana, bahkan pihak kepolisian sektorpun langsung menuju rumah korban di Dusun Andir RT 01/02 Desa Cikeusi, Kecamatan Darmaraja. Di tempat kejadian perkara diperoleh keterangan bahwa korban terjatuh, hal tersebut seperti diungkapkan Otis Sutisna, guru Bidang Kesiswaan (BK) SMPN 1 Darmaraja. Otis menuturkan bahwa ada saksi yang melihat korban berjalan cepat menuju ke arah toilet, tapi tepat di depan kantin korban jatuh terpelanting, dan ditolong oleh beberapa pedagang. Otis mengakui tidak mengetahui persis penanganan yang dilakukan oleh pihaknya, karena dia sendiri tidak ada di tempat saat kejadian. Tolak Otopsi Ditemui di rumahnya pihak keluarga dengan tegas menolak untuk dilakukan otopsi terhadap korban, alasannya pihak keluarga tidak mau melihat korban sampai dilakukan pembedahan. “Jangan sampai ada kulit korban yang dibedah, saya tidak mau melihatnya”, ujar Momo rosadi (57), orangtua korban. Momo meminta kepada pihak kepolisian untuk mengerti dengan keinginannya. Momo juga sudah ikhlas dengan musibah yang menimpanya. Sebelumnya memang pihak identifikasi dari Polres Sumedang meminta keluarga untuk dilakukan otopsi, mengingat untuk kebutuhan, sebab akibat dari kematian korban. Tetapi kuatnya permintaan pihak keluarga akhirnya tim identifikasi hanya melakukan sidik jari. Sampai berita ini disusun belum ada keterangan resmi penyebab kematian korban.**(Bonang)/SUMEDANG ONLINE

[caption id="attachment_3896" align="alignleft" width="400" caption="Jatuh Sendiri:Seorang Guru menunjuk lokasi jatuhnya Siska,menurut saksi Siska jatuh di lokasi ini.Foto:Bonang"][/caption] Sumedang Online - Siska Ningrum (12) siswi  kelas VII SMPN 1 Darmaraja Meninggal ...


[caption id="attachment_3860" align="alignleft" width="357" caption="Sakit Mata : Domba PIK Yang Baru Diterima Ini mengalami Sakit Mata, Sejak Diberikan."][/caption] Sumedang-online. Sejumlah Warga Dusun Nagrak, Desa Cikareo Utara mempertanyakan alokasi distribusi domba bantuan Pagu Indikatif Kecamatan (PIK), yang disinyalir pendistribusiannya kurang tepat, dari jumlah 59 ekor domba, 8 diantaranya dipermasalahkan oleh sebagian warga, seperti dituturkan Andri anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Cikareo Utara kepada Sumedangonline, Jumat (30/07). Dalam penuturannya Andri menyampaikan ke-delapan domba tersebut dibagikan pada waktu malam hari, hal tersebut menimbulkan persepsi lain dari warga. " Saya merasa  hal  itu tidak wajar kalau pembagian domba itu sampai dilakukan pada malam hari"Ujarnya. Andri menambahkan bahwa proses pembagian dilakukan pukul 23:00, selain itu enam dari delapan domba diserahkan ke aparat desa, diantaranya: Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Pemerintahan, Kaur Umum, Bendahara Desa dan Bendahara BPD masing-masing 1 ekor, sementara menurut Andri masih terdapat warga yang mengajukan tapi tidak menerima, padahal menurutnya orang tersebut laik menerima. Disisi lain Andri juga mempermasalahkan pungutan sebesar Rp 25 ribu yang dibebankan pada penerima. Hal tersebut dibenarkan oleh Warman (41), seorang warga Dusun Nagrak RT 3/2, dan Rodiah (35). Bahkan Rodiah untuk memenuhi pungutan tersebut sampai meminjam kepihak lain, mereka pads umumnya terbebani oleh pungutan tersebut. "Da abdi ge ngajukeun teh manawiteh gratis, pan etamah bantuan ti pamarentah lin?" tanya Warman. Sementara  Yayat, Kepala Desa Cikareo Utara menampik pungutan tersebut sebagai pungutan liar, karena sudah ada kesepakatan di tingkat Kecamatan, uang tersebut di akuinya sebagai bentuk administrasi hal tersebut disampaikan kepada sumedangonline ketika dikonfirmasi melalui telpon selulernya.**(redaksi)/SUMEDANG ONLINE

[caption id="attachment_3860" align="alignleft" width="357" caption="Sakit Mata : Domba PIK Yang Baru Diterima Ini mengalami Sakit Mata, Sejak Diberikan."][/caption] Sumedang-online. Sejumlah Warga Dusun Nagrak, Desa Cikareo Utara mempertanyakan alokasi distribusi domba ...


[caption id="attachment_3779" align="alignleft" width="350" caption="Minta Renovasi:Salah satu sudut pasar Kirisik (23/7),terihat bangunan kios sudah mulai rusak,pihak pengelola berharap pemerintah memperhatikan dan secepatnya memberikan bantuan.Foto:Bonang."][/caption] Sumedang Online-Pasar yang terletak di Nyalindung Desa KirisikJatinunggal kini kondisinya sudah memprihatinkan,pasar yang di bangun di bulan Agustus tahun 2002 itu merupakan pindahan dari terminal Kirisik,dipindahkan karena tempat yang semula merupakan tanah pribadi.Kini pasar itu berdiri di tanah milik Desa Kirisik. Bangunan pasar pun sangat sederhana karena biaya pembangunan waktu itu sangat minim,oleh sebab itu pasar ini cuma memiliki 90 kios yang setiap kiosnya berukuran 2M x 2.5M,   disewakan kepada pedagang sebesar Rp.500 ribu/5 tahun Pasar yang dikelola pemerintah desa ini sebenarnya sudah mengajukan permohonan penambahan sarana pada tahun 2003,dan ketika itu juga bantuan dari pihak UPTD turun sekitar 23 Juta,uang itu di pakai untuk membangun 2 buah sarana yaitu mushola dan kantor pengelola pasar,tetapi pada kenyataanya bangunan itu akhirnya di pakai pedagang sayuran,karena begitu banyaknya pedagang sedangkan kios yang tersedia tidak mencukupi. Salum (58) kepala pengelola pasar menyebutkan,pasar ini adalah pasar yang berpotensi,sebab masyarakat dari berbagai daerah berbelanja disini,seperti daerah Banjarsari,Pasir Hanja,sampai daerah Majalengka.Cuma Salum menyayangkan kondisi bangunan dan jalan pasar sekarang sudah rusak. “ Banyak bangunan yang sudah bocor,serta atap yang sudah rusak,kalau hujan air masuk ke kios”,ujarnya. Salum lebih lanjut menjelaskan bahwa sekitar tahun 2008 pihaknya sudah mengajukan kembali perbaikan ke dinas terkait melalui UPTD pasar Wado,bahkan sampai memberikan uang sekitar Rp. 4,5 Juta.Tapi bantuan tidak kunjung datang,bahkan sudah bosan untuk menanyakannya kepada pihak yang menjanjikan perbaikan itu. Selain itu bahkan ada yang mengaku wartawan yang menawarkan bantuan untuk membantu memuluskan pencairan dana bantuan tersebut,sampai sempat meminta uang sejumlah Rp.650 ribu,dan pihak pengelola pun memberikannya,tetapi hasilnya tetap saja nihil. Dengan kondisi bangunan pasar yang seperti ini para pedagang pun mengeluh seperti yang dituturkan Eti (33),pedagang ayam asal Talaga Majalengka. “Saya meminta pengelola untuk secepatnya memperbaiki atau merapikannya,sebab kami tak nyaman dengan kondisi kios yang rusak”,ungkap Eti. Hal senada juga di ungkapakan H.Suryadi (61),pedagang buah-buahan asal Marga Jaya,dia meminta pengelola cepat tanggap terhadap keluhan pedagang,sebab disini pedagang juga membayar sewa,tidak gratis.bahkan dia berharap pemerintah melihat langsung kondisi pasar. Disinggung masalah retribusi Salum mengakui bahwa pihak pengelola memang memungut uang retribusi sebesar Rp1500,-,uang itu digunakan untuk uang kebersihan dan keamanan. Sementara H.Edi Taryadi (59),Kepala Desa Kirisik saat ditemui Sumedang Online (23/07),membenarkan adanya keluhan dari pedagang serta masyarakat,tentang kondisi bangunan pasar Kirisik,dia menuturkan pihak desa sudah lama mengajukan proposal renovasi ke pihak terkait melalui UPTD Wado,tetapi belum ada tanggapan yang serius.bahkan baru-baru ini juga Edi sudah membuat kembali proposal pengajuan itu. “ Saat ini malah proposal pengajuan itu sudah kami buat kembali,bahkan hari senin (26/07),akan kami serahkan ke provinsi’,ujarnya. Edi juga meminta kepada pemerintah untuk secepatnya merealisasikan bantuan tersebut,sebab pasar ini adalah milik rakyat dan sarana jual beli yang potensial untuk mendorong perekonomian di daerah kami.**Bonang./SUMEDANG ONLINE

[caption id="attachment_3779" align="alignleft" width="350" caption="Minta Renovasi:Salah satu sudut pasar Kirisik (23/7),terihat bangunan kios sudah mulai rusak,pihak pengelola berharap pemerintah memperhatikan dan secepatnya memberikan bantuan.Foto:Bonang."][/caption] Sumedang Online-Pasar yang terletak di Nyalindung ...


Install SUMEDANGONLINE MOBILE
| Advertorial