
Berbicara masalah bendungan Jatigede sejak digulirkan pemerintah di era jaman orde Baru tahun 1960-an sampai pemerintah sekarang, merupakan salah satu program yang spektakuler dalam sejarah dunia. Bendungan Prabu Gajah Agung yang lebih dikenal dengan Bendungan Mega Proyek Jatigede akan menjadi salah satu bendungan Proyek terbesar di Asia.
Pembangunan yang melibatkan kalangan Intansi Pemerintah Menteri Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, kebudayaan dan pariwisata, tenaga kerja dan transmigrasi, menteri kehutanan, Provinsi jabar dan Kabupaten-kabupaten yang terlibat dalam pembangunan ( Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Majalengka ).
Pemerintah bersepakat untuk menangani dan menyelesaikan dampak sosial pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang meliputi, masalah pembebasan lahan, pemindahan penduduk, pelestarian benda cagar budaya dan konservasi lahan kritis serta sumberdaya air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk. Dengan membentuk tim percepatan pembangunan dengan membentuk Satuan kerja (Satker), Satuan Petugas (Satgas) dan tim Panitia Pengadaan Tanah (P2T).
Padahal secara geografis wilayah Sumedang adalah merupakan daerah yang terletak jauh di atas permukaan laut (bukan dataran rendah). Seharusnya pemerintah mendahulukan reboisasi di hulu sungai Cimanuk untuk mencegah endapan lumpur yang tidak diharapkan sehingga saat terjadi hujan deras bendungan dapat menampung air tanpa adanya endapan lumpur, yang akan membahayakan wilayah yang mendapat pasokan air, seperti yang terjadi di bendungan waduk Jatiluhur.
Masyarakat korban Jatigede menangis dengan perilaku oknum – oknum tertentu yang datang dari berbagai kalangan dengan membentuk suatu konsfirasi permainan demi kepentingan dan kepuasan pribadi belaka, contoh soal penggelebungan lahan dan harga, relokasi penduduk serta membuat rumah – rumah baru di lahan yang akan dibebaskan dan masih banyak lagi modus yang akan dilakukan oleh oknum – oknum tertentu sehingga jelas ini merupakan fenomena yang hebat untuk kita tonton.
Ternyata tidak sampai disitu, warga masyarakat dampak Jatigede kembali menjerit dengan tidak direalisasikan-nya pembangunan – pembangunan jalan, jembatan yang rusak parah, serta bangunan – bangunan yang berkaitan dengan dunia pendidikan pun rusak, seperti diabaikan oleh pemerintah dengan alasan “itu adalah daerah genangan”. Padahal masyarakat Jatigede masih menjadi warga Sumedang. mereka mengharapkan perbaikan dan renovasi bangunan yang sudah rusak karena masyarakat Jatigede masih tinggal di tempat kelahirannya.
Masyarakat jatigede sebagai anak baru beranjak dewasa hanya mengharapkan kail yang bagus dan berkualitas dari seorang ayah yang baik, bukan ikan yang kami dapat, karena sebesar apapun ikan itu kalau tidak bisa memancingnya hanya sekali itulah kita bisa menikmati ikan, inilah sebagai curahan hati warga Jatigede di mana para pemegang kebijakan Pemerintah dan pemegang kekuasaan mega proyek waduk Jatigede hanya menutup mata dengan kedua tangan terbuka?? Atau hanya mencibir manis senyum bibir di balik kaca sang pemimpin.** (Mul)
informasi terbarunya dong ada ga????,,,,,kasus melulu,,,
sebagai warga jatigede yg tergusur saya ucapkan terima kasih pd sumedangonline.com.karna berkat anda sbeagai penyambung lidah dr rakyat sampai ke pemerintahan daerah ataupun sebaliknya,para pemimpin daerah ataupun masyarakat sekitarnya jadi tau tentang masalah yg di alami di daerah jatigede.yg trnyta d dlmnya msih ada maslah.aplgi kalo dr tim redaksi ada yg berkomunikasi dengan warga asli dr jatigede.yg mungkin saja media sumedangonline bsa membantu warga lewat media.trima kasih dan mhon maaf jka ada kata2 yg kurang berkenan di hati.slam saya {asep supriadi}
@Asep Supriadi
Terima kasih Pa Asep atas sarannya.
Dari segi pemberitaan kita berusaha untuk seimbang berdasarkan data dan fakta dari narasumber, dan pembaca yang menilai.
Yang bapak komentari saat ini adalah Artikel Opini yang mungkin merupakan pendapat pribadi dari penulisnya atau yang berusaha mewakili tema dimaksud, wallahualam.
Untuk sarannya, usulan yang bagus untuk kami tindak lanjuti mohon kirimkan nama dan alamat narasumber yang dapat kami wawancara ke email : redaksi@sumedangonline.com, sertakan topik yang akan dibahas untuk kami tindaklanjuti ke pihak terkait.
salam redaksi.
Saya sebagai warga yang daerahnya akan dijadikan lahan untuk Waduk jati gede tentunya merasa sedikit terharu juga karena sebagai tempat kelahiran akan dijadikan waduk! tapi tidak apa karena ini program pemerintah harus berjalan dengan baik.tapi ada yang saya sesalkan melalui komentar ini saya inginkan pemerintah benar benar harus memperhatikan rakyat kecil yang menunggu kejelasan dari pemerintah tentang apa yang akan di Programkan pemerintah.Untuk
itu saya sarankan Waduk Jati Gede kalau memang akan di percepat supaya cepat dibereskan segala sesuatunya biar masyarakat mendapat angin segar dan keadamaian dan yang paling penting harus tepat sasaran.
Terimakasih kepada sumedangonline.com yang memberikan ruang untuk sedikit memberikan kritik dan saran untuk membangun demi kebaikan.
Thx
Adang Dendusriputra
Sebagai warga negara yang baik dan taat terhadap peraturan dan kebijakan-kebijakan Pemerintah saya sangat mendukung jika memang kampung kelahiran saya akan tergenang oleh Waduk Jatigede! Tapi yang saya sesalkan kenapa proses Pembangunan ini terlalu bertele-tele sampai memakan waktu berpuluh puluh tahun.Dan dalam kurun waktu itu kami hidup dalam ketertinggalan dan ketidakpastian. Sehingga membuat kami seluruh lapisan Masyarakat OTD merasa lelah dalam ketidakpastian! Kami hanya masyarakat kecil yang bergantung nasib pada pemerintah daerah mau dikemanakan nasib kami? Jangan sampai kami jadi korban atas pelaksanaan pembangunan ini dan menjadi tumbal atas pembangunan mega proyek ini!Karena walau bagaimanapun kecintaan akan tanah kelahiran masih begitu besar.Tolong jangan gantung kami dalam penantian dan ketidakpastian karena walau kami masyarakat kecil kami pun butuh akan ketenangan untuk menata hidup kedepan.
Terima kasih pada sumedangonline sehinggga kami sebagai warga OTD bisa mencurahkan semua uneg-uneg!
dari dulu gak kelar2 urusannya:dari tahun 1986:kasihan rakyat: semrntara pemerintahnya berlagak pilon:,
Pemerintah dan Pemimpin Indonesia yang terlibat dalam penanganan Waduk Jatigede tidak pernah mengerti dan tidak punya hati sebagai sebagai manusia hidup. Yang diutamakan hanyalah uang dan uang dengan alasan pembangunan untuk mensejahtrakan masyarakat. Mereka (para pemimpin) berpikir hanya berdasarkan uang bukan berdasarkan hati nurani. Padahal yang lebih utama dari kehidupan di masyarakat kita Indonesia bukan uang melainkan hati nurani, kebiasaan sosial, budaya yang dipelihara, bertetangga, saling tolong menolong, kerjasama dan gotong royong. Bukankah ORANG JAWA BARAT PUNYA SLOGAN SILIH ASAH, SILIH ASIH DAN SILIH ASUH ?!, Apalagi di daerah Jatigede kehidupan masyarakat yang telah begitu harmonis, tatanan masyarakat yang begitu terjaga rapi selama beratus ratus tahun telah dirusak oleh adanya bendungan Jatigede sehingga kehidupannya menjadi tidak menentu contohnya dari tahun 1985 s/d sekarang, bayangkan 20 tahun lebih, sarana komunikasi, sebagai sarana ekonomi untuk pulang dan pergi membeli dan menjual hasil bumi dari daerah masing2 di wilayah Jatigede tidak pernah diperbaiki, jembatan pada bolong tidak pernah ada sentuhan dari pemerintah untuk diperbaiki. Jalan beraspal nan mulus sebelum tahun 1985 sekaranag jadi kubangan kerbau dan kubangan babi hutan, padahal di wilayah itu masih hidup secara formal kehidupan dan pemerintah setempat. Kita tidak bisa membayangkan kerugian secara psikhis (kejiwaan) seberapa berat penderitaan masyarakat warga Daerah Genangan Jatigede. Semuanya tidak bisa diukur dengan uang. Saat ini pemerintah hanya menghargai kehidupan masyarakat Daerah Genangan Jatigede dengan penggantian lahan oleh uang variatif +- Rp 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) per bata atau setara dengan per 14 m2. Apakah seperti ini yang dinamakan untuk kesejahtraan masyarakat. Stupid Pemerintah Indonesia. Coba pikirkan secara jernih apakah jumlah uang tersebut setara dengan penderitaan masyarakat yang terombang ambing tidak menentu di daerah Genangan Jatigede. Very very stupid. Di sisi lain akan dikemanakan Warga Daerah Genangan Jatigede sebanyak 5 (lima) kecamatan, Relokasi Penduduk itu seperti apa, tidak akan cukup hanya memindahkan saja, bekerja apa mereka yang 95 persen dari penduduk tersebut adalah bertani. Coba pikirkan semua kalangan yang terlibat karena mereka bukan ayam, bukan kambing, bukan domba. Mereka Warga Indonesia yang baik yang tidak pernah korupsi, yang tidak pernah membuat keonaran dan mereka tidak pernah menuntut banyak. Tuntutan mereka hanyalah keadilan dan kedamaian. Terakhir saya serukan kepada seluruh masyarakat Warga Daerah Genangan Jatigede di Seluruh Indonesia dan di Luar Negeri serta semua simpatisan mari bersatu melawan oknum project Jatigede yang semena-mena terhadap kehidupan Warga daerah Genangan Jatigede. Kepada Pemerintah Indonesia agar lebih arif dan bijaksana dalam penanganan Project Jatigede, baik secara pisik maupun pendekatan terhadap masyarakatnya. Kalau saya tuangkan semuanya tidak akan cukup 100 halaman. Thanks dan Salam. Ridwan Jays Salpan warga asli Jatigede