SITURAJA – Sore itu seperti biasa kami melintas jalan provinsi Sumedang – Wado, tepat di dusun Pasir Impun Desa Situraja Utara Kecamatan Situraja, mata kami terpana dengan dekorasi dua patung ayam yang sengaja dipajang dipinggir jalan sebelah kiri.
Adalah Asep Taris (52) warga RT 05 RW 01 Dusun Pasir Impun Desa Situraja Utara Kecamatan Situraja, yang sengaja membuat dekorasi dua patung ayam untuk memberi tanda kepada para pemasok DOC (bibit ayam broiler,red.) dan pakan.
Sayangnya saat sumedangonline menyambangi rumahnya yang persis di depan tugu ayam itu, Asep, sedang tidak ada di rumah. Dengan ramah Istrinya Epong menyambut kami dan mempersilakan kami masuk ke ruang tamu rumahnya,“Itu buatan suami saya, kebetulan dulu kita membudidayakan ternak ayam pedaging di sini.” Ungkap Epong mengawali pembicaraan.
Selama keluarga besarnya bergelut dalam peternakan ayam pedaging, lebih dari sepuluh ribu ekor ayam yang dia budidayakan dengan system plasma ke beberapa petani baik di Kecamatan Situraja, maupun luar kecamatan Situraja.
“Dulu sekira tahun 90-an kita membudidayakan bersama para peternak ayam pedaging itu lebih dari 10 ribu ekor, nah agar para supplier DOC dan Pakan mudah dalam mengirim barang ke kami, akhirnya suami saya yang senang akan dekorasi, membuat maket patung ayam,” lanjutnya.
Karena pengerjaan pembuatan patung ayam itu dilakukan dalam waktu senggang, maka pantas jika pengerjaannya molor hingga 3 bulan lamanya.
“Kelihatannya itu yang sulitnya itu waktu suami saya membikin sayap, itu harus hati-hati betul,” ungkap perempuan berusia 48 tahun itu.
Sebelumnya, Asep, justru akang membangun patung kelinci di tempat patung ayam sekarang, namun karena begitu Asep baru akan mencoba membuat beberapa rangka kadang dan membudidayakan kelinci, satu kandang kelinci yang sudah terisi justru raib digondol maling.
Usahanya kemudian beralih ke peternakan ayam pedaging, dan ia mengaku rezeki dari ayam pedaging memang lumayan besar, hingga ia pun mampu memberdayakan beberapa peternak ayam dikecamatan Situraja, Darmaraja, dan Wado. Hingga untuk memudahkan dalam penyaluran bibit dan pakan dari supplier dia membuat patung ayam.
Untuk membuat dua patung ayam tersebut, dia harus merogoh kocek senilai Rp 2,5 juta, sebuah nilai yang sangat besar kala itu. Sayangnya usahanya tidak dapat berjalan mulus, setelah mewabahnya flue burung beberapa tahun kebelakang, usaha yang dijalani Asep dan keluarganya pun bangkar.
Sepertinya bagi Asep dunia wira usaha baginya merupakan jalan pilihannya, setelah peternakan kelinci dan Ayam kandas, kini Asep sedang mengembangkan budidaya pembenihan Kacang Kedelai, Kacang Tanah di Situraja.(igun gunawan)