LONGSOR CIPANGRUMASAN, BUKTI FPML UNTUK SERET KE KPK
- Penulis: Fitriyani Gunawan
- Editor: Redaksi
- Terbit: Kamis, 3 Nov 2011 23:59 WIB
CISITU – Longsor di lokasi bakal perumahan relokasi warga Cinangsi, menjadi salahsatu bahan bagi Forum Peduli Masyarakat Linggajaya (FPML) untuk melanjutkan temuannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebelumnya FPML memang sempat akan mengajukan sejak adanya keputusan relokasi ke Cipangrumasan, namun karena belum ada bukti kuat FMPL saat itu, urung melaporkannya.
“Dengan terjadinya longsor pada Selasa sore kemarin, saya sudah ada bukti untuk melaporkan ke KPK, sekarang saya akan foto-foto-in semuanya untuk bahan bukti, kalau tidak ada bukti mereka (KPK,red.) tidak akan percaya, sekarang sudah ada bukti, saya sudah mempersiapkan laporannya, intinya apa yang saya sampaikan dulu itu bukan sebuah provokasi seperti yang disebutkan mereka,” kata Anno Sutarno Ketua FPML kepada sumedangonline, Kamis (3/11).
Lebih lanjut dikatakan Anno kajian dari Distamben selama ini merupakan bohong belaka dan hanya bagaimana caranya agar uang yang dikocorkan pemerintah tidak kembali lagi, “waktu rapat juga kan bagaimana caranya agar uang ini (uang bantuan dari kementerian sosial,red.) tidak kembali, tapi kan akhirnya mubazir, orang Cinangsi-nya sendiri melihat kenyataan ini tidak mau, alasannya mau setor nyawa ke Linggajaya,” lanjut Anno.
Anno juga menyayangkan sikap Pemkab Sumedang, yang sampai berita ini diturunkan belum memberikan ganti rugi terhadap tanaman yang dibabat untuk perumahan tersebut.
Sebelumnya longsor,Selasa (1/11) pukul 17.00, membuat sedikitnya 24 rumah untuk para pengungsi pergerakan tanah lambat kembali ambrol dan sebagian lainnya mengalami retak-retak. Temuan FPML menyebutkan, ambrolnya 24 rumah itu karena pondasi yang dipergunakan dalam bangunan hanya memakai batako berkedalaman 30 centimeter, akibatnya pondasi tidak kuat, ditambah lagi lokasi tanahnya tidak stabil.
“Kontruksi bangunannya sekarang retak-retak, karena pondasinya cuman 30 centimeter, itu pun bukan pake batu, tapi pake batako, terus kuda-kudanya pake kaso, hingga lebih berat asbes daripada kuda-kuda, nanti kalau ada hujan bisa jadi payung parasit,” papar Ano.
Akibat kejadian tersebut menyebabkan hampir batalnya sebuah resepsi pernikahan di dusun Cijeunjing, Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu. Karena pada, Rabu (3/11) kemarin, keluarga Didi akan melangsungkan pernikahan, namun rumahnya keburu kena luapan limbah longsor.
Limbah luapan longsor pun menggenangi sepanjang jalan Ramoseh-Cicapar setinggi lutut orang dewasa, selain itu hektaran sawah siap panen di Dusun Cijeunjing tertutup lumpur, “kalau yang paling parahnya paling ada sekitar 200 bata, itu siap panen,” lanjut Anno.
Senada dengan Ano, Danramil Cisitu-Situraja, Kapt. Dedi Rochana, membenarkan tentang lumpur yang menggenangi jalan Ramoseh-Cicapar, namun ia sedikit menutup masalah longsor.(ign)