JUJU, 7 TAHUN NGESOT
- Penulis: Fitriyani Gunawan
- Editor: Redaksi
- Terbit: Sabtu, 11 Jun 2011 11:26 WIB
Meski dengan berjalan ngesot, pemuda yang berusia 32 dan masih melajang itu menyambut kami dengan penuh keramahan. Di kursi tamu di halaman depan rumah semi permanen di kampung Leuwiloa Rt 04 Rw 04, Desa Leuwihideung itu, Juju Junaedi, berkisah banyak tentang penderitaannya selama tujuh tahun lamanya, akibat kesalahan operasi amputasi jari kakinya.
“dulu saya pemuda yang normal dapat berjalan dan bekerja untuk membantu orangtua,” ungkap pria yang dulu pernah bekerja sebagai tukang bangunan itu mulai berkisah.
Nasib berkata lain ketika lebaran tahun 2004 lalu, sepulang bersilaturahmi dengan sanak saudaranya ia kembali ke rumah dan langsung tidur. Sekira pukul 12.00 WIB dirinya terbangun, sewaktu akan menginjakan kaki kelantai, dia merasa ada sesuatu barang yang menusuk ditelapak kakinya, setelah dilihat, ada sebuah benda seperti sapu ijuk berwarna hitam yang menancap, tanpa basa – basi, benda hitam itu dicabutnya, kemudian ia tiduran kembali di kursi tengah rumah.
“waktu itu saya sangat ngantuk sekali, karena malamnya habis takbiran dan tidak tidur” tutur pria yang selalu menutup luka dikaki kirinya dengan keresek hitam itu mengaku.
Pukul 16.00 WIB, dirinya terjaga dan tiba – tiba dia terperangah panik melihat, bekas benda hitam yang tadi dicabutnya itu semakin membesar bahkan membentuk sebuah lubang sebesar uang lima ratus rupiah, berkedalaman hampir 3 cm.
Kabar dirinya tiba – tiba terluka meski tidak mengeluarkan darah membuat panik keluarga dan tetangga disekitarnya, mereka secara bergotong royong membawanya ke klinik 24 jam di kecamatan Wado yang berjarak sekitar 3 kilometer.
Hasil diagnosa klinik 24 Jam, jari kelingking kakinya harus diamputasi, jika tidak, akan merembet keseluruh kakinya.
“ya seperti, penyakit gula saja, tetapi ketika di test gula oleh seorang dokter dan sebelum saya dioperasi, hasilnya normal, makanya saya diperbolehkan untuk dioperasi amputasi” paparnya.
Untuk membantu proses operasi amputasi, dirinya mendapat sumbangan dari beberapa tetangga, bahkan pihak Desa Leuwihideung pun turut membantu.
“Alhamdulillah, warga desa Leuwihideung menyumbang. Sehingga operasi dapat berjalan, biayanya kalau tidak salah waktu itu sekira Rp 5 juta,”paparnya yang harus tega menyimpan KTP Kepala Desa Leuwihideung gara – gara uang tebusan di RSUD Sumedang kurang.
Namun, bukan berarti selesai penderitaannya, karena operasi amputasi itu keliru, seharusnya yang diamputasi jari kelingking kaki kirinya, justru yang diamputasi jari manis kaki kirinya. Kesalahan fatal itu, pernah ia sampaikan ke pihak RSUD, dan pihak RSUD menyarankan untuk melakukan operasi kembali.
“RSUD menyuruh untuk melakukan operasi kembali, jangankan untuk kembali melakukan operasi untuk operasi pertama saja dari hasil sumbangan” ungkap.
Luka bekas operasi itu terus membusuk, dan sedikit demi sedikit bagian kakinya seperti terkelupas, hingga akhirnya semua jari kakinya habis tak berbekas, yang ada hanya nanah yang seperti air, dan membuat rasa sakit hingga ke ulu hati.
Selain kaki kirinya, kaki kanannya pun hampir mengalami hal serupa, namun beruntung dirinya cepat berobat secara herbal ke kakak-nya yang bekerja di Bogor, hingga kaki kanannya pun selamat, hanya ada beberapa bagian jarinya seperti terputus, tetapi masih utuh. Bahkan sebagian telunjuk bagian kanannya pun juga seperti bekas putus satu ruas.
Ia mengaku, terakhir berobat pada tahun 2005 di Bogor, itu pun dengan herbal, karena keluarganya memang keluarga yang tidak mampu.
Kini sudah hampir tujuh tahun lamanya, dirinya harus berjalan ngesot, dan membebankan hidupnya kepada neneknya, Endi (75) yang sudah mulai tuli. Sementara orangtuanya terutama ibunya sejak tahun 2009 lalu meninggalkan dirinya ke Jakarta, dan tidak dapat membantu karena sama dari keluarga yang kurang mampu.
Kepala Desa Leuwihideung, Amid Sunara, ketika dikonfirmasi sumeks, membenarkan jika ada warganya yang mengalami salah operasi, dan sudah selama tujuh tahun lamanya menderita, apalagi keluarga itu dari kalangan tidak mampu. Pihak desa sendiri, menurutnya, sudah terus mengupayakan bantuan untuk membantunya, salahsatunya seperti yang dituturkan Juju di atas.
“Desa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu dia. Tapi mudah – mudahan ada pihak – pihak terkait, baik dari pemerintah maupun pihak lain yang mau membantu kesembuhan Jaja, karena menurut dokter Jaja dapat sembuh dari penyakitnya jika kembali harus operasi” imbuhnya.