CARNATI, TUMOR DIHIDUNG SEJAK LAHIR

Carnati

Ibu dua orang anak ini memiliki tumor pada hidungnya sejak lahir, penderitaan hidupnya semakin bertambah ketika sang suami sebagai tulang punggung keluarga lebih dahulu menghadap-Nya. Ia pun harus menghidupi dua orang putra yang tengah mengenyam pendidikan.

 

CARNATI, nama itulah yang keluar dari mulutnya ketika Sumeks menyambangi kediaman kakaknya di Dusun Samoja, Desa Malaka, Kecamatan Situraja. Di rumah semi permanen milik kakaknya itu, Sumeks diterima dengan ramah. Wanita berusia 40 tahun ini, bekerja membantu kesibukan kakaknya yang berjualan bala-bala, gehu dan makanan ringan lainnya.

Abdi didieu sabantu-bantu wé,” katanya mengawali pembicaraan.

Ia bercerita banyak berkaitan dengan benjolan sebesar telur ayam yang tepat di atas hidungnya itu, sudah ia alami sejak lahir dan merupakan keturunan dari leluhurnya, secara kasat mata benjolan itu hampir saja menutupi lubang hidungnya, Carnati mengaku tidak merasa pengap dengan adanya benjolan itu.

Baca Juga  Bantuan Anda Ringankan Penderitaan Somon

Teu dugi ka eungap mah, mung sawaktos karaos, karaosna téh nyeri pisan,” ucapnya.

Kumatnya rasa sakit ketika dia mengkonsumsi daging domba, tetapi kalau tidak makan daging domba, gumpalan daging itu tidak berasa sakit. Ia sendiri mengaku tidak terhalang meskipun memiliki kelebihan pada hidungnya, ia masih beraktivitas seperti biasa, dan masyarakat sekitar tidak memperlakukan spesial terhadapnya.

Nya sabantos-bantos wé, pami musim tandur sok ngiringan tandur, tapi da teu karaos nyeri sanajan ka sorot ku panon poé ogé, tapi lamun nuang daging domba mah karaos, meni nyanyautan,” ujar ibu dari Taryana dan Katma itu menjelaskan.

Penyakit seperti tumor itu, sebenarnya sudah pernah dibawa ke RSUD Sumedang untuk dioperasi, namun pihak rumah sakit menolaknya, alasannya karena jaringan didalamnya sudah masuk ke area mata. Selain itu ia sendiri tidak mau melakukan operasi. Aneh memang.

Baca Juga  SIMISKIN, IMPIKAN JAMKESDA

Selidik punya selidik, ternyata memiliki nilai mistis, konon katanya setiap yang akan melakukan operasi, jika tidak meninggal dunia, minimal sakit panas.

Abdi alim dioperasi, kantos kapungkur badé dioperasi malah dugi ka udur, wios moal dioperasi wé, da saur dokter Rumah Sakit di Sumedang ogé teu tiasa dioperasi ieumah, margi tos nyaliara ka panon,” ujarnya.

Hal yang sama dikatakan kakak iparnya, Aminah (35), menurutnya setiap orang yang mau mengoperasi benjolan itu sebelum rencananya dapat direalisasikan, sudah terlebih dahulu meninggal dunia.

“Memang dulu ada yang mau mengoperasinya tapi malah meninggal dunia, hingga ia pun kalau ditanya mau dioperasi atau tidak pasti bilang tidak mau,” terang Aminah.

Baca Juga  Ditinggal Suami, Ida Ditemukan Membusuk

Biarlah Carti tidak mau dioperasi terhadap tumornya itu, tapi bagaimana dengan nasib kedua putranya yang tengah duduk dibangku SD dan SLTP, dimana sedang tinggi-tingginya pengeluaran, padahal ia hidup seorang diri dan hanya mengandalkan tinggal bersama adiknya, sementara untuk kehidupan sehari-hari hanya mengandalkan dari buruh tani, itu pun kalau musim.

“Sekarang memang dia (Carnati) mendapat bantuan dari Program Keluarga Harapakan (PKH) dia mendapat uang Rp 350 ribu dalam jangka waktu 3 bulan sekali,” lanjutnya.

Diakhir percakapan Carti dan Aminah berharap adanya bantuan pendidikan untuk kedua orang putranya, agar beban ekonomi Carti, yang seorang diri dapat lebih ringan.(ign)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin menerima update terbaru dari SUMEDANGONLINE OK TIDAK