Makam Keramat Dijadikan Lapak Judi
- Penulis: Fitriyani Gunawan
- Editor: Redaksi
- Terbit: Sabtu, 6 Agu 2011 19:22 WIB
JATINUNGGAL – Suasana gelap, ditambah lagi di lokasi tersebut tidak ada lampu penerangan jalan umum (PJU) di sekitar makam keramat “Putrapada” Desa Sirnasari Kecamatan Jatinunggal menjadi tempat yang asyik untuk anak muda bobogohan. Tidak dipungkiri jika menjelang Maghrib muda-mudi datang ke lokasi tersebut, namun memasuki hari ke-5 Ramadhan pemandangan seperti itu tidak tampak.
“Pami poéknamah angger wé, ngan ayeunamah (bulan Ramadhan, red.) asana can mendakan deui muda-mudi anu narongkrong ngadon bobogohan téh teu siga kapungkur,” papar seorang warga yang tidak mau dikorankan namanya.
Sumber sumedangonline lainnya, menyebutkan selain dijadikan tempat bobogohan gelapnya lokasi sekitar Putrapada, kerap dijadikan ajang main judi dan mabok-mabokan, bahkan tidak segan-segan mereka menggunakan tempat keramat “Putrapada” sebagai lapak judi.
Mantan Juru Pemelihara makam Keramat “Putrapada”, Yaya AS, membenarkan jika lokasi makam keramat tersebut kerap dijadikan tempat untuk bermain judi dan minum-minuman keras.
“Duka tos teu hormat deui ka karuhun duka kumaha, da pami abdi kadinya kaleresan dinten Senen sareng Kemis, sok aya wé botol minuman téh sareng kartu gapléh,” kata Yaya ditemui sumedangonline dirumahnya.
Senada dengan Yaya, salahseorang warga Wado, mengatakan pantas jika makam keramat “Putrapada” dijadikan ajang judi dan minum-minuman keras, karena selain gelap juga tidak ada pagar pembatas, sehingga siapa pun dapat leluasa keluar masuk makam tersebut. Bahkan untuk sekedar menempelkan papan penunjuk nama bahwa itu makam keramat, sama sekali tidak ada.
“Seharusnya pemerintah segera turun tangan, masa makam leluhur dijadikan tempat maksiat,” ungkapnya.
Entah karena bulan Ramdhan pantauan sumedangonline, Jum’at (5/8) kemarin, sumedangonline hanya menemukan satu botol bekas minuman berukuran 600 ml. sumedangonline hanya menggeleng dan manglebarkeun lokasi makam yang cukup asri dengan pemandangan alami, dua buah tutunggul yang terbuat dari batu alam, dikelilingi batu belah menjadi sebuah ciri yang khas bagi makam-makam keramat, apalagi dengan hiasan bludru alami dari tanah yang berlumut, membawa hawa segar dan sejuk, sayangnya lokasi nan indah tersebut ternyata disia-siakan begitu saja, hingga tangan jahil memanfaatkannya.
Dikatakan Yaya, sepengetahuannya baru ada dua makam keramat di wilayahnya yang sudah mulai dilirik pemerintah untuk diperbaiki, yakni makam Sutadinata dan Pangeran Wangsit, sementara beberapa situs lainnya masih merana nasibnya, entah masuk kedalam sejarah Sumedang entah tidak.
“Seharusnya semua turut melestarikan. Urang kudu apal mimitina, moal aya tunggul lamun teu aya tangkal,” ungkap Yaya.(igun gunawan)