[caption id="attachment_13340" align="alignleft" width="225"]Para petani sedang mencoba mengoperasikan mesin perontok gabah Motekar di areal pesahan Blok Sukamulya, Desa Gunasari, Senin (20/5) Para petani sedang mencoba mengoperasikan mesin perontok gabah Motekar di areal pesahan Blok Sukamulya, Desa Gunasari, Senin (20/5)[/caption] Mesin Perontok Gabah Buatan SMKN1 Sumedang Miliki Empat Keunggulan, Rekomendasikan ke Pupuk Kujang   Solo, terkenal dengan mobil ES-EM-KA-nya. Sumedang tak mau kalah. Produk siswa SMKN1 Sumedang pun perlu dibanggakan. Memang tidak segreget mobil ES-EM-KA, tapi mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang ini pun punya arti tersendiri. Para petani menyambut baik mesin yang terbuat dari bahan yang relatif murah ini dibandingkan dengan buatan pabrik.   Maman Juherman, Kota   PANEN padi di Blok Sukamulya, Desa Gunasari, Kecamatan Sumedang Selatan, memiliki arti tersendiri. Senin (20/5) pagi, sawah seluas 1 hektar milik desa, menjadi ajang uji coba pengoperasian mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang. Itu mereka lakukan untuk memberikan rekomendasi kepada pihak PT Pupuk Kujang soal kelayakan mesin perontok gabah buatan para siswa. Bahkan, kepala SMKN1 Sumedang,  Ny Lolly Roliyawati sendiri ikut turun berbaur bersama petani dan Kepala Desa Gunasari, Nono Saefudin. Hasilnya sangat menggembirakan. Mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang, jauh lebih unggul dari mesin perontok buatan pabrik yang dihibahkan PT Pupuk Kujang kepada petani Desa Gunasari. Kades Gunasari sendiri memberi acungan jempol terhadap kreativitas para siswa Sumedang ini. ”Ternyata, mesin produksi anak-anak sekolah ini jauh lebih unggul dibandingkan buatan pabrik. Memang, masih ada yang perlu disempurnakan, tapi hanya relatif kecil,” tutur Nono. Ada empat keunggulan yang dimiliki mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang. Pertama, berat mesin perontok lebih ringan dibandingkan buatan pabrik. Menurut Kades Gunasari, ”Buatan para siswa mesinnya ringan, bisa dibawa ditenteng oleh seorang diri, sehingga mudah dibawa ke tengah pesawahan. Sekalipun perempuan bisa membawanya. Sedangkan mesin buatan pabrik, waduh beratnya minta ampun. Harus digotong oleh dua orang lelaki.” Kedua, mesin buatan siswa dioperasikan lebih ringan. ”Digowes menggunakan kaki, jauh lebih ringan dibandingkan dengan buatan pabrik.” Ketiga, gabah yang dihasilkan jauh lebih bersih. ”Saat gabah dirontokkan, antara bahan dan kotoran jerami langsung terpisah. Memang, henteu beresih pisan, namung pami dibandingkeun sareng buatan pabrik, mesin buatan siswa hasilna langkung beresih.” Keempat, mesin buatan siswa harganya jauh lebih murah. ”Harganya satu banding lima. Mesin perontok buatan siswa hanya Rp 950 ribu, sedangkan buatan pabrik Rp 4,5 juta.” Untuk menyempurnakan mesin perontok buatan siswa, Nono menyarankan, supaya kapasitasnya diperbesar. ”Petani minta, agar lebar mesin ditambah. Terlalu mungil,” katanya. Saran itu pun disambut Kepala SMKN1 Sumedang, Ny Lolly. ”Sekarang sedang disempurnakan. Anak-anak sedang membuat mesin yang agak lebar. Semula, lebar mesin hanya 30 Cm, kini ditambah menjadi 50 Cm. Tali untuk menggowes pun  diperbesar supaya lebih seseg (kuat).” Bukan itu saja, mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang yang oleh Kepala Dinas Pendidikan Sumedang, Herman Suyatman diberi nama ”Mesin Perontok Gabah Motekar” ini, lebih disempurnakan dengan menambah peralatan lain. ”Supaya lebih sempurna, mesin akan dipasang ayakan pemisah gabah dengan jerami. Namun, pemasangan ayakan ini menggunakan sistem knok down. Ayakan hanya dipasang saat mesin digunakan untuk menggiling. Sehingga, akan menghasilkan gabah lebih bersih, karena antara gabah dan jerami akan terpisah.” ungkap Ny Loli. Awal dibuatnya mesin perontok gabah ini, dari saran suami Ny Loli. ”Bapak (suami, red) menyarankan agar siswa SMKN1 Sumedang mencoba membuat mesin perontok. Karena selama ini, para petani kalau memanen padi untuk merontokkan gabah selalu digebuk (dipukul-pukulkan),” katanya. Dua tahun lalu, mesin itu pun dibuat dan diuji coba saat panen di sawahnya sendiri. ”Alhamdulillah, ketika saya coba saat panen di sawah sendiri, hasilnya memuaskan. Makanya, mulai dari sana setiap ada pameran pendidikan, baik di UPI Bandung, IKOPIN, saya selalu memamerkan mesin itu. Sudah lebih dari 10 buah kami buat, dan saat di pameran selalu laku terjual,” ungkap Lolly. Kepala SMKN1 Sumedang, menyampaikan ucapan terimakasih kepada Kepala Dinas Pendidikan Sumedang yang telah menggelar Sumedang Education Expo, sehingga produk Mesin Perontok Gabah Motekar, mendapat perhatian dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. (**)/SUMEDANG ONLINE

Mesin Perontok Gabah Buatan SMKN1 Sumedang (2/Habis)

Para petani sedang mencoba mengoperasikan mesin perontok gabah Motekar di areal pesahan Blok Sukamulya, Desa Gunasari, Senin (20/5)

Para petani sedang mencoba mengoperasikan mesin perontok gabah Motekar di areal pesahan Blok Sukamulya, Desa Gunasari, Senin (20/5)

Mesin Perontok Gabah Buatan SMKN1 Sumedang

Miliki Empat Keunggulan, Rekomendasikan ke Pupuk Kujang

 

Solo, terkenal dengan mobil ES-EM-KA-nya. Sumedang tak mau kalah. Produk siswa SMKN1 Sumedang pun perlu dibanggakan. Memang tidak segreget mobil ES-EM-KA, tapi mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang ini pun punya arti tersendiri. Para petani menyambut baik mesin yang terbuat dari bahan yang relatif murah ini dibandingkan dengan buatan pabrik.

 

Maman Juherman, Kota

 

PANEN padi di Blok Sukamulya, Desa Gunasari, Kecamatan Sumedang Selatan, memiliki arti tersendiri. Senin (20/5) pagi, sawah seluas 1 hektar milik desa, menjadi ajang uji coba pengoperasian mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang.

Itu mereka lakukan untuk memberikan rekomendasi kepada pihak PT Pupuk Kujang soal kelayakan mesin perontok gabah buatan para siswa. Bahkan, kepala SMKN1 Sumedang,  Ny Lolly Roliyawati sendiri ikut turun berbaur bersama petani dan Kepala Desa Gunasari, Nono Saefudin.

Hasilnya sangat menggembirakan. Mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang, jauh lebih unggul dari mesin perontok buatan pabrik yang dihibahkan PT Pupuk Kujang kepada petani Desa Gunasari.

Kades Gunasari sendiri memberi acungan jempol terhadap kreativitas para siswa Sumedang ini. ”Ternyata, mesin produksi anak-anak sekolah ini jauh lebih unggul dibandingkan buatan pabrik. Memang, masih ada yang perlu disempurnakan, tapi hanya relatif kecil,” tutur Nono.

Ada empat keunggulan yang dimiliki mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang. Pertama, berat mesin perontok lebih ringan dibandingkan buatan pabrik. Menurut Kades Gunasari, ”Buatan para siswa mesinnya ringan, bisa dibawa ditenteng oleh seorang diri, sehingga mudah dibawa ke tengah pesawahan. Sekalipun perempuan bisa membawanya. Sedangkan mesin buatan pabrik, waduh beratnya minta ampun. Harus digotong oleh dua orang lelaki.”

Kedua, mesin buatan siswa dioperasikan lebih ringan. ”Digowes menggunakan kaki, jauh lebih ringan dibandingkan dengan buatan pabrik.”

Ketiga, gabah yang dihasilkan jauh lebih bersih. ”Saat gabah dirontokkan, antara bahan dan kotoran jerami langsung terpisah. Memang, henteu beresih pisan, namung pami dibandingkeun sareng buatan pabrik, mesin buatan siswa hasilna langkung beresih.

Keempat, mesin buatan siswa harganya jauh lebih murah. ”Harganya satu banding lima. Mesin perontok buatan siswa hanya Rp 950 ribu, sedangkan buatan pabrik Rp 4,5 juta.”

Untuk menyempurnakan mesin perontok buatan siswa, Nono menyarankan, supaya kapasitasnya diperbesar. ”Petani minta, agar lebar mesin ditambah. Terlalu mungil,” katanya.

Saran itu pun disambut Kepala SMKN1 Sumedang, Ny Lolly. ”Sekarang sedang disempurnakan. Anak-anak sedang membuat mesin yang agak lebar. Semula, lebar mesin hanya 30 Cm, kini ditambah menjadi 50 Cm. Tali untuk menggowes pun  diperbesar supaya lebih seseg (kuat).”

Bukan itu saja, mesin perontok gabah buatan siswa SMKN1 Sumedang yang oleh Kepala Dinas Pendidikan Sumedang, Herman Suyatman diberi nama ”Mesin Perontok Gabah Motekar” ini, lebih disempurnakan dengan menambah peralatan lain.

”Supaya lebih sempurna, mesin akan dipasang ayakan pemisah gabah dengan jerami. Namun, pemasangan ayakan ini menggunakan sistem knok down. Ayakan hanya dipasang saat mesin digunakan untuk menggiling. Sehingga, akan menghasilkan gabah lebih bersih, karena antara gabah dan jerami akan terpisah.” ungkap Ny Loli.

Awal dibuatnya mesin perontok gabah ini, dari saran suami Ny Loli. ”Bapak (suami, red) menyarankan agar siswa SMKN1 Sumedang mencoba membuat mesin perontok. Karena selama ini, para petani kalau memanen padi untuk merontokkan gabah selalu digebuk (dipukul-pukulkan),” katanya.

Dua tahun lalu, mesin itu pun dibuat dan diuji coba saat panen di sawahnya sendiri. ”Alhamdulillah, ketika saya coba saat panen di sawah sendiri, hasilnya memuaskan. Makanya, mulai dari sana setiap ada pameran pendidikan, baik di UPI Bandung, IKOPIN, saya selalu memamerkan mesin itu. Sudah lebih dari 10 buah kami buat, dan saat di pameran selalu laku terjual,” ungkap Lolly.

Kepala SMKN1 Sumedang, menyampaikan ucapan terimakasih kepada Kepala Dinas Pendidikan Sumedang yang telah menggelar Sumedang Education Expo, sehingga produk Mesin Perontok Gabah Motekar, mendapat perhatian dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. (**)