[caption id="attachment_13558" align="alignleft" width="300"]Sejumlah BKM mengaku masih merembugkan solusi terbaik karena para tenaga kerja atau pegawai yang membangun Rutilahu tak dianggarkan. Sejumlah BKM mengaku masih merembugkan solusi terbaik karena para tenaga kerja atau pegawai yang membangun Rutilahu tak dianggarkan.[/caption]KOTA-Sebanyak 89 penerima Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) di Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, segera berbahagia pasalnya dana untuk bedah rumahnya segera cair. Dana tersebut menurut informasi yang diterima Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Pasanggarahan Baru, Kamas Komara, sudah berada di rekening bank dan tinggal disampaikan ke rekening calon penerima. “Rekeningnya memang tidak melalui BKM, tetapi langsung ke rekening penerima. Dan saya mendapat informasi jika uangnya itu sudah parkir di bank BRI, tinggal sekarang menunggu kapan dikirim ke rekening penerimanya,” kata Kamas Komara kepada Sumeks, kemarin. Kata dia, masing-masing penerima Rutilahu akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 7,5 juta. Yang akan disalurkan dalam beberapa tahapan, untuk tahap pertama kata Kamas, akan diberikan sebanyak 50 persen dari total yang akan diterima. Meski demikian ungkapnya, pihaknya masih kebingungan untuk biaya pegawai atau tenaga kerja yang akan mengerjakan perbaikan Rutilahu. Pasalnya, untuk upah pekerja tersebut tak boleh mengambil dari dana Rp 7,5 juta. “Iyah, kita masih terus melakukan rembugan. Karena belum dapat terpecahkan berkenaan dengan masalah biaya untuk tenaga kerja tersebut. Karena sipenerima itu hanya bisa memindahkan uang dari rekening si penerima ke rekening toko bangunan yang dekat dengan si penerima, sesuai dengan RAB,” ujarnya. Dalam pelaksanaannya kata Kamas, akan dilaksanakan secara berkelompok hingga 9 kelompok. “Kelompok itu harus membantu alur pembangunan, pertama akan dicairkan 50 persen, tahap pertama harus dapat menyelesaikan 30 persen dan akan dibantu oleh TPM (Tim Pendamping Masyarakat) yang akan melaporkan kegiatan-kegiatan itu,” ujarnya. Sebagai program untuk meningkatkan kualitas tempat tinggal, maka sebut dia, akan terjadi bedah rumah dari yang tadinya bilik daging diganti dengan yang lebih baik dari itu. Meski demikian, jumlah pengeluaran masing-masing penerima itu tak akan sama. Menurut Kamas, itu akan berbeda menurut letak geografis si penerima. “Hasilnya pasti beda, tidak harus sama baik tipe maupun model. Karena ada cost, seperti kalau di daerah yang berbukit masuk ke pedalaman, akan berbeda dengan yang dipinggir jalan karena ada cost,” ungkapnya. (ign)/SUMEDANG ONLINE

Tak Ada Angaran Pekerja Rutilahu

Sejumlah BKM mengaku masih merembugkan solusi terbaik karena para tenaga kerja atau pegawai yang membangun Rutilahu tak dianggarkan.

Sejumlah BKM mengaku masih merembugkan solusi terbaik karena para tenaga kerja atau pegawai yang membangun Rutilahu tak dianggarkan.

KOTA-Sebanyak 89 penerima Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) di Kelurahan Pasanggrahan Baru, Kecamatan Sumedang Selatan, segera berbahagia pasalnya dana untuk bedah rumahnya segera cair.
Dana tersebut menurut informasi yang diterima Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Pasanggarahan Baru, Kamas Komara, sudah berada di rekening bank dan tinggal disampaikan ke rekening calon penerima.
“Rekeningnya memang tidak melalui BKM, tetapi langsung ke rekening penerima. Dan saya mendapat informasi jika uangnya itu sudah parkir di bank BRI, tinggal sekarang menunggu kapan dikirim ke rekening penerimanya,” kata Kamas Komara kepada Sumeks, kemarin.
Kata dia, masing-masing penerima Rutilahu akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 7,5 juta. Yang akan disalurkan dalam beberapa tahapan, untuk tahap pertama kata Kamas, akan diberikan sebanyak 50 persen dari total yang akan diterima.
Meski demikian ungkapnya, pihaknya masih kebingungan untuk biaya pegawai atau tenaga kerja yang akan mengerjakan perbaikan Rutilahu. Pasalnya, untuk upah pekerja tersebut tak boleh mengambil dari dana Rp 7,5 juta.
“Iyah, kita masih terus melakukan rembugan. Karena belum dapat terpecahkan berkenaan dengan masalah biaya untuk tenaga kerja tersebut. Karena sipenerima itu hanya bisa memindahkan uang dari rekening si penerima ke rekening toko bangunan yang dekat dengan si penerima, sesuai dengan RAB,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya kata Kamas, akan dilaksanakan secara berkelompok hingga 9 kelompok. “Kelompok itu harus membantu alur pembangunan, pertama akan dicairkan 50 persen, tahap pertama harus dapat menyelesaikan 30 persen dan akan dibantu oleh TPM (Tim Pendamping Masyarakat) yang akan melaporkan kegiatan-kegiatan itu,” ujarnya.
Sebagai program untuk meningkatkan kualitas tempat tinggal, maka sebut dia, akan terjadi bedah rumah dari yang tadinya bilik daging diganti dengan yang lebih baik dari itu.
Meski demikian, jumlah pengeluaran masing-masing penerima itu tak akan sama. Menurut Kamas, itu akan berbeda menurut letak geografis si penerima.
“Hasilnya pasti beda, tidak harus sama baik tipe maupun model. Karena ada cost, seperti kalau di daerah yang berbukit masuk ke pedalaman, akan berbeda dengan yang dipinggir jalan karena ada cost,” ungkapnya. (ign)