Desember 2020 menggenapi masa setahun sesudah Covid-19 ditemukan. Tarik ulur pembelajaran tatap muka di saat angka positif Covid-19 di negeri ini belum melandai, membuat kebijakan yang dihasilkan penguasa terkesan inkonsisten. Akibatnya, menambah parah dampak yang ditimbulkan, baik secara langsung maupun tak langsung.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengumumkan bahwa, perguruan tinggi di seluruh zona sudah diperbolehkan untuk melakukan sekolah secara tatap muka. Namun Nadiem tetap menegaskan bahwa protokol kesehatan harus tetap dilakukan secara ketat.
Melihat keputusan diberlakukannya pembelajaran offline pada tahun 2021. Penulis sangat tidak setuju akan keputusan itu, karena masih banyaknya manusia yang terpapar virus covid-19 yang risikonya cukup tinggi kepada Mahasiswa untuk tertular virus tersebut.
Situasi saat ini masih terlalu berbahaya karena beberapa orang meremehkan adanya virus Covid-19 yang di mana banyak orang tidak memakai masker dan mencuci tangan saat selesai aktivitas. Beberapa orangpun banyak yang melakukan wisata ke luar kota yang berada dalam zona merah. Hal ini membuat banyak orang yang tertular virus Covid-19 karena tidak mengerti atau meremehkan situasi saat ini.
Hal tersebut memperburuk keadaan dan situasi Covid-19 di Indonesia yang membuat orang tua Mahasiswa mengkhawatirkan anaknya bila dibukakan kembali pembelajaran tatap muka pada Januari 2021.
Jika pembelajaran tatap muka dibuka Kembali maka mahasiswa harus banyak membawa kebutuhan Kesehatan yang sangat penting berupa masker, hand sanitizer, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Itupun masih belum cukup untuk menahan virus itu masuk ke dalam tubuh.
Dengan bila terjadinya pembelajaran tatap muka, penulis berharap pihak kampus menyediakan wastafel untuk mencuci tangan sebelum masuk ke dalam kampus dan menyediakan beberapa hand sanitizer.
Disisi lain, Mahasiswa juga sudah tidak nyaman belajar online secara terus menerus karena Materi yang diberikan oleh dosen tidak mudah dicerna dengan baik dan mahasiswapun kangen dengan situasi kampus yang bertemu banyak teman-temannya.
Namun, hal ini membuat mahasiswa riskan terkena Covid-19 bila dibukakan pembelajaran tatap muka karena virus di wilayah Kota Bandung banyak yang terpapar lagi dan Bandung akan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali. Risiko yang tinggi bila pembelajaran tatap muka ini dibuka Kembali pada situasi yang masih belum membaik.
Diharapkan pihak Pemerintah Indonesia memikirkan Kembali dibukakannya pembelajaran tatap muka di kampus karena situasi dan kondisi saat ini masih mengkhawatirkan terutama kepada orang tua di rumah yang memikirkan situasi anaknya di luar.
Lebih baik saat ini ditunda terlebih dahulu sampai keadaan membaik seperti biasanya, kondisi dan situasi saat ini tidak memungkinkan untuk tatap muka pada Januari 2021.
Penulis mengharapkan bahwa Januari 2021 nanti Pemerintah Indonesia untuk tidak melakukan pembukaan pembelajaran tatap muka pada kampus yang nantinya riskan akan memperburuk dan memperluas keadaan Covid-19 di Indonesia. ***
Penulis : Rizki Arief (Mahasiswa Telkom Univeristy Prodi Digital Public Relations )