Oleh : Ir.H.Surahman. M.Tech,M.Eng,MBA (Kepala Cabang PT.Waskita Karya-Middle East) PO BOX: 1555 Tel. +971566258060 Dubai - UAE
Cara mengukur Tingkat Kesejahteraan Masyarakat, secara cepat dan sederhana adalah dilihat dari Daya Beli dan Penghasilan dalam setiap bulannya. Bila melihat dari informasi yg disampaikan dalam situs web resmi Pemerintah Sumedang http://www.sumedang.go.id, ternyata pencapaian PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita-nya sangat memprihatinkan, karena hampir separuh dari luas daerah di Kab. Sumedang tingkat pendapatannya masih di bawah Rp.400 ribu / bulan. Dari Jumlah penduduk Sumedang saat ini (sekitar 1.200.000 jiwa), mayoritas penduduknya berusaha / bermata pencaharian disektor pertanian (sektor primer). Pada kondisi krisis saat ini sektor pertanian tidak lagi dapat dijadikan andalan sebagai mata pencaharian utama,  Namun bila dilihat dari jumlah sumber daya manusia yang ada di Kab.Sumedang, pada saat ini tidak menutup kemungkinan untuk bisa memberikan kontribusi PAD dengan bekerja sebagai Tenaga Ahli Tukang / Skill Labour, baik di dalam maupun negeri atau LN. Sebagai bukti yang nyata, pada saat ini Tenaga Kerja Indonesia telah memberikan kontribusi Devisa kepada Negara lebih dari 180 Triliun Rupiah dalam setiap tahunnya, atau hampir sekitar 20% dari total APBN (2010). Untuk itulah Negara berhutang budi kepada para TKI, sampai-sampai memberikan gelaran sebagai "Pahlawan Devisa". Atas dasar pemikiran tersebut di atas, tidak berlebihan bila pemberdayaan masyarakat di Kab. Sumedang, kiranya dapat menjadikan perhatian Pemerintah dan Anggota Dewan untuk mengembangkan sumber daya manusia guna menghasilkan Devisa Daerah, sehingga dengan demikian secara langsung akan menaikan PAD Sumedang dalam setiap tahunnya. Adapun sumber daya manusia tersebut tentunya harus dibarengi dan ditunjang dengan keahlian, supaya penghasilannya cukup tinggi dan dapat bersaing dalam kemampuannya. Guna mencapai hal itu, tentunya peran Pemerintah Daerah sangat menentukan dalam mencetak SDM tsb, tentunya dengan memberikan Pendidikan / Pelatihan Keahlian sesuai dengan bidangnya masing-masing. Yang berperan dalam hal ini adalah Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sumedang, yang seharusnya memberikan tempat Pendidikan / Pelatihan dan Sertifikat Keahlian kepada masyarakat Sumedang untuk memudahkan mencari pekerjaan di dalam / luar negeri. Sebagai bukti konkrit dan gambaran tentang TKI yang bekerja di Timur Tengah, untuk sektor / bidang Konstruksi pada saat ini dari daerah Jawa Barat (Sunda), hanya sekitar 20%, dari Jateng + Jatim (Jawa) sekitar 75% dan sisanya NTB/NTT (5%). Sedangkan dari 20% "Urang Sunda" tersebut; ternyata jarang sekali / hampir tidak ada yang berasal dari daerah Kab.Sumedang, kebanyakan 'Urang Sunda' tersebut berasal dari : Purwakarta, Subang dan Garut. Bila dilihat dari fenomena tsb.nampaknya U.S.A (Urang Sumedang Asli) tidak tertarik untuk bekerja di LN dibandingkan dengan daerah Jawa Barat lainnya, atau memang Urang Sumedang itu sudah merasa cukup untuk bekerja di daerahnya sendiri…? Hal ini tentunya menjadikan suatu pertanyaan yang wajar seperti tsb.di atas, namun setelah ditanyakan kepada beberapa perwakilan masyarakat di Sumedang, ternyata sampai dengan saat ini Pemerintah Kab.Sumedang masih belum memberikan fasilitas Pendidikan / Pelatihan untuk masyarakatnya, sehingga banyak masyakat yang memiliki potensi tidak dapat disalurkan karena tidak ada wadah yang mengelolanya. Adalah suatu contoh bentuk kepedulian dari Pemerintah Daerah untuk memperdayakan masyarakatnya bekerja di LN, seperti halnya Bupati Sragen yang datang menemui KBRI di Negara-negara di Timur Tengah, yang menyatakan bahwa di daerahnya pada saat ini sudah tidak ada lagi pengangguran, karena sudah dibikinkan tempat Pendidikan / Pelatihan Tenaga Kerja yang bekerjasama dengan Depnaker-RI dan Pemerintah Negara Jerman yang telah memberikan (hibah) peralatan / mesin-mesin untuk pelatihan keahlian kerja masyarakatnya, sehingga pada saat ini masyarakatnya sudah banyak bekerja di tempat-tempat sektor industri dan konstruksi di beberapa Negara. Hal itu adalah suatu bukti dari kepedulian seorang Pemimpin Pemerintah Daerah sampai-sampai mempromosikan / mencarikan pekerjaan untuk masyarakatnya ke LN. Sebagai ilustrasi saja, bila seandainya ada sekitar 1% dari jumlah penduduk Sumedang sebagai tenaga kerja ahli / tukang, yang bekerja di LN dengan rata-rata gaji / pendapatan per bulannya sekitar 1000 Dirham / Riyals / Ringgit atau setara dengan Rp.2,500,000 / bulan, maka dalam setiap bulannya akan terkirimkan "Devisa" ke Kab.Sumedang sekitar Rp. 30 Milyar atau sekitar Rp.360 Milyar / tahunnya (hampir separuh dari APBD – Sumedang). Bila seandainya TKI dari Sumedang dapat memberikan kontribusi seperti itu, tidak mustahil akan dapat meningkatkan tarap kehidupan masyarakat lebih lebih, tidak seperti saat ini hampir dikatagorikan sebagai daerah di ambang batas kemiskinan. Sekarang saatnya buka mata, buka telinga dikala "global crisis" terjadi dan semakin berkurangnya daya beli masyarakat, diperlukan suatu usaha nyata dari semua pihak, untuk meningkatkan pemberdayaan kehidupan masyarakat. Demikian sekilas gambaran dan pengamatan dari kami tentang usaha pemberdayaan masyarkat, semoga dapat memberikan sedikit pencerahan dan gambaran untuk masyarakat Sumedang pada umumnya. Semoga, Urang Sumedang Tandang - Makalangan ! Riyadh, Jumadil Awwal 1431 H Salam Sono ti Urang Wado, (Ir.H.Surahman,M.Tech,M.Eng,MBA)/SUMEDANG ONLINE

PEMBERDAYAAN “SDM” ASAL SUMEDANG

Oleh : Ir.H.Surahman. M.Tech,M.Eng,MBA
(Kepala Cabang PT.Waskita Karya-Middle East) PO BOX: 1555 Tel. +971566258060 Dubai – UAE

Cara mengukur Tingkat Kesejahteraan Masyarakat, secara cepat dan sederhana adalah dilihat dari Daya Beli dan Penghasilan dalam setiap bulannya. Bila melihat dari informasi yg disampaikan dalam situs web resmi Pemerintah Sumedang http://www.sumedang.go.id, ternyata pencapaian PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita-nya sangat memprihatinkan, karena hampir separuh dari luas daerah di Kab. Sumedang tingkat pendapatannya masih di bawah Rp.400 ribu / bulan.

Dari Jumlah penduduk Sumedang saat ini (sekitar 1.200.000 jiwa), mayoritas penduduknya berusaha / bermata pencaharian disektor pertanian (sektor primer). Pada kondisi krisis saat ini sektor pertanian tidak lagi dapat dijadikan andalan sebagai mata pencaharian utama,  Namun bila dilihat dari jumlah sumber daya manusia yang ada di Kab.Sumedang, pada saat ini tidak menutup kemungkinan untuk bisa memberikan kontribusi PAD dengan bekerja sebagai Tenaga Ahli Tukang / Skill Labour, baik di dalam maupun negeri atau LN.

Sebagai bukti yang nyata, pada saat ini Tenaga Kerja Indonesia telah memberikan kontribusi Devisa kepada Negara lebih dari 180 Triliun Rupiah dalam setiap tahunnya, atau hampir sekitar 20% dari total APBN (2010). Untuk itulah Negara berhutang budi kepada para TKI, sampai-sampai memberikan gelaran sebagai “Pahlawan Devisa“.

Atas dasar pemikiran tersebut di atas, tidak berlebihan bila pemberdayaan masyarakat di Kab. Sumedang, kiranya dapat menjadikan perhatian Pemerintah dan Anggota Dewan untuk mengembangkan sumber daya manusia guna menghasilkan Devisa Daerah, sehingga dengan demikian secara langsung akan menaikan PAD Sumedang dalam setiap tahunnya.

Adapun sumber daya manusia tersebut tentunya harus dibarengi dan ditunjang dengan keahlian, supaya penghasilannya cukup tinggi dan dapat bersaing dalam kemampuannya. Guna mencapai hal itu, tentunya peran Pemerintah Daerah sangat menentukan dalam mencetak SDM tsb, tentunya dengan memberikan Pendidikan / Pelatihan Keahlian sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Yang berperan dalam hal ini adalah Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sumedang, yang seharusnya memberikan tempat Pendidikan / Pelatihan dan Sertifikat Keahlian kepada masyarakat Sumedang untuk memudahkan mencari pekerjaan di dalam / luar negeri.

Sebagai bukti konkrit dan gambaran tentang TKI yang bekerja di Timur Tengah, untuk sektor / bidang Konstruksi pada saat ini dari daerah Jawa Barat (Sunda), hanya sekitar 20%, dari Jateng + Jatim (Jawa) sekitar 75% dan sisanya NTB/NTT (5%).

Sedangkan dari 20% “Urang Sunda” tersebut; ternyata jarang sekali / hampir tidak ada yang berasal dari daerah Kab.Sumedang, kebanyakan ‘Urang Sunda’ tersebut berasal dari : Purwakarta, Subang dan Garut.

Bila dilihat dari fenomena tsb.nampaknya U.S.A (Urang Sumedang Asli) tidak tertarik untuk bekerja di LN dibandingkan dengan daerah Jawa Barat lainnya, atau memang Urang Sumedang itu sudah merasa cukup untuk bekerja di daerahnya sendiri…?

Hal ini tentunya menjadikan suatu pertanyaan yang wajar seperti tsb.di atas, namun setelah ditanyakan kepada beberapa perwakilan masyarakat di Sumedang, ternyata sampai dengan saat ini Pemerintah Kab.Sumedang masih belum memberikan fasilitas Pendidikan / Pelatihan untuk masyarakatnya, sehingga banyak masyakat yang memiliki potensi tidak dapat disalurkan karena tidak ada wadah yang mengelolanya.

Adalah suatu contoh bentuk kepedulian dari Pemerintah Daerah untuk memperdayakan masyarakatnya bekerja di LN, seperti halnya Bupati Sragen yang datang menemui KBRI di Negara-negara di Timur Tengah, yang menyatakan bahwa di daerahnya pada saat ini sudah tidak ada lagi pengangguran, karena sudah dibikinkan tempat Pendidikan / Pelatihan Tenaga Kerja yang bekerjasama dengan Depnaker-RI dan Pemerintah Negara Jerman yang telah memberikan (hibah) peralatan / mesin-mesin untuk pelatihan keahlian kerja masyarakatnya, sehingga pada saat ini masyarakatnya sudah banyak bekerja di tempat-tempat sektor industri dan konstruksi di beberapa Negara. Hal itu adalah suatu bukti dari kepedulian seorang Pemimpin Pemerintah Daerah sampai-sampai mempromosikan / mencarikan pekerjaan untuk masyarakatnya ke LN.

Sebagai ilustrasi saja, bila seandainya ada sekitar 1% dari jumlah penduduk Sumedang sebagai tenaga kerja ahli / tukang, yang bekerja di LN dengan rata-rata gaji / pendapatan per bulannya sekitar 1000 Dirham / Riyals / Ringgit atau setara dengan Rp.2,500,000 / bulan, maka dalam setiap bulannya akan terkirimkan “Devisa” ke Kab.Sumedang sekitar Rp. 30 Milyar atau sekitar Rp.360 Milyar / tahunnya (hampir separuh dari APBD – Sumedang). Bila seandainya TKI dari Sumedang dapat memberikan kontribusi seperti itu, tidak mustahil akan dapat meningkatkan tarap kehidupan masyarakat lebih lebih, tidak seperti saat ini hampir dikatagorikan sebagai daerah di ambang batas kemiskinan.

Sekarang saatnya buka mata, buka telinga dikala “global crisis” terjadi dan semakin berkurangnya daya beli masyarakat, diperlukan suatu usaha nyata dari semua pihak, untuk meningkatkan pemberdayaan kehidupan masyarakat.

Demikian sekilas gambaran dan pengamatan dari kami tentang usaha pemberdayaan masyarkat, semoga dapat memberikan sedikit pencerahan dan gambaran untuk masyarakat Sumedang pada umumnya.
Semoga, Urang Sumedang Tandang – Makalangan !

Riyadh, Jumadil Awwal 1431 H
Salam Sono ti Urang Wado,
(Ir.H.Surahman,M.Tech,M.Eng,MBA)