[DESK] Aksi unjuk rasa yang dilakukan buruh yang tergabung di Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Sumedang, sempat diwarnai aksi dorong mendorong dengan pihak kepolisian. Mereka ingin masuk ke Gedung Induk Pusat Pemerintahan (IPP) agar bisa masuk ke dalam kantor Pemda untuk memastikan ada dan tidaknya Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir.
Saat aksi dorong-dorongan itu mereka dikejutkan dengan salah satu aksi demo yang beraksi dengan tidak sadarkan (kasurupan). Para buruh pun langsung menggotong rekannya ketempat yang lebih aman. Setelah normal, buruh itu pun kembali pada tuntutannya.
Koordinator Aksi Kasbi Sumedang, Slamet Rianto menyebutkan upah buruh saat ini masih dianggap sepele, malah dia mengkonotasikan upah murah layaknya bagai budak. “Ini dapat kita rasakan, upah buruh masih di bawah nilai riil Kebutuhan Hidup Layak. Ini bisa dilihat dari perkembangan tahun ke tahun, yang tidak mengalami kenaikan yang signifikan,” kata Slamet Rianto dalam keterangannya.
Imbasnya buruh saat ini mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam situasi seperti ini kata Slamet Rianto, upah buruh juga masih dipotong dengan pajak. “Belum lagi tahun 2019 akan dinaikkan tariff dasar listrik di atas 15 persen, yang tentu akan memicu banyak pengeluaran, kenaikan sejumlah harga barang. Belum lagi ada indikasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tahun 2019, tentu akan memicu nilai inflansi yang cukup melangit,” sambungnya. [iwan/suhaya]
Mereka pun menuntut:
- Naikkan Upah 2019 sebesar 20%
- Hapus Sistem Tenaga Kontrak dan Outsourcing
- Cabut PP 78 Tahun 2015
- Laksanakan Skala Upah
- Cabut Pergub 54 Tahun 2018
- Pekerjakan 73 orang Buruh CV Kurnia Agung Sejati
- Tolak Liberalisasi Pendidikan
- Tolak Sertifikasi Joko Widodo / Jalankan Reformasi Agraria Sejati.