BINGBREK Seni Buhun Sumedang

Kesenian Bingbrek Salahsatu Kesenian Buhun di Sumedang. Foto:SumedangOnline

CIBUGEL – Seniman dan budayawan di Desa Sukaraja, Kecamatan Cibugel mengaku merasa dianak tirikan oleh Pemerintah dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Sumedang.

Pernyataan sikap tersebut disampaikan ketua Padepokan Panca Rasa Panca Sukma (PPRPS), Dudu Wasnadi (50), menurut keterangannya, diwilayahnya banyak seniman daerah yang menyimpan potensi seni dan budaya buhun yang masih erat memegang pakem kearifan lokal.

“kami terus memelihara, beberapa kesenian khas cibugel yang keberadaannya hampir punah, “ paparnya.

Baca Juga  Ini alasan kenapa Gotrasawala di Cirebon

Bahkan pada ritual ampih pare pada awal Juni lalu, padepokan ini mementaskan seni Bingbrek.

“seni bingbrek ini, saya kira merupakan salahsatu kesenian yang masih ada di Cibugel, dan selalu dipentaskan masyarakat untuk mengiri ritual – ritual seperti waktu minggu lalu ada ritual kecil ampih pare” lanjutnya, yang mengklaim kesenian bingbrek merupakan kesenian tertua di kecamatan Cibugel.

Sayangnya meski telah banyak menuai prestasi, namun perhatian pemerintah dan dinas terkait masih dirasa kurang, Dudu mengaku, padepokannya pernah menyabet juara II dalam event pasanggiri kesenian adat priangan timur yang diikuti oleh 11 Kabupaten di Tasikmalaya pada april 2010 lalu.

Baca Juga  SENI JAIPONGAN

“saat itu kami mementaskan seni buhun bingbrek. Kami terus eksis memelihara kesenian ini meski hanya dengan kondisi apa adanya, karena semangat seniman dan budayawan sejati, bukan tumbuh dari nilai materi semata” ujarnya lagi.

Ia menilai dengan kandung diusungnya selogan Sumedang sebagai Puseur Budaya Sunda, seharusnya pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap kesenian – kesenian lokal yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya meski tanpa tersentuh bantuan pemerintah.

Baca Juga  Hari ini, Gaji Ke-13 Cair

“memang kami merasa ini sudah merupakan tanggungjawab kita bersama, tetapi alangkah baiknya jika pemerintah pun mau peduli, apalagi dengan adanya SPBPS seharusnya pemerintah jauh lebih perhatian. Kesenian buhun itu murni yang lahir dari hati dan tidak boleh ditunggangi, kepentingan – kepentingan pihak tertentu, kita harus tumbuhkan seniman dan budayawan yang hakiki” pungkasnya.(igun gunawan/nanang sutisna)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin menerima update terbaru dari SUMEDANGONLINE OK TIDAK