[caption id="attachment_11759" align="alignleft" width="300"] Maya (84), dan Ehi (84) warga Dusun Cangkuang, RT 01, RW 02, Desa Darmajaya.[/caption] PROYEK pembangunan Jalan Lingkar Waduk Jatigede ruas Wado-Darmaraja, memang masih menyisakan masalah, terkait pembayaran bangunan yang belum selesai. Meski demikian apresiasi masyarakat yang mendambakan pembangunan jalan tersebut cepat selesai begitu tinggi. Termasuk kini lokasi proyek, dijadikan wahana wisata baru bagi mereka. Igun Gunawan – Darmaraja, SORE itu matahari sudah bergilir ke sudut barat, udara panas yang sejak siang kemarin tak begitu terasa. Deru dan getaran mesin excavator yang tengah menggali tanah untuk jalan, sangat terasa. Dari atas bukit-bukit baru hasil buangan tanah excavator, sejumlah anak duduk-duduk dan bermain. Mereka asyik menyaksikan sejumlah karyawan yang tengah bekerja. Tak hanya anak-anak, orang dewasa, termasuk ibu-ibu yang tengah menyusui pun tampak penasaran ingin melihat proses pengerjaan jalan yang baru dapat mengerjakan pembukaan jalan sepanjang satu kilometer itu, dari dekat. Dibalik puluhan wisatawan dadakan (wisdak) tersebut, dua sosok tua renta dengan tergopoh-gopoh berjalan dibekas galian yang sudah diratakan dengan pasir batu (sirtu). Dia adalah Maya (84), dan Ehi (84) warga Dusun Cangkuang, RT 01, RW 02, Desa Darmajaya. “Nini tiap sore ningal ka dieu, asa hookeun ningal alat-alat tos caranggih. Mudah-mudahan wé ka umuran ku nini bisa nungkulan nepi ka jadina (Nenek tiap sore melihat ke lokasi proyek, takjub dengan alat-alat berat yang sudah moderen. Mudah-mudahan nenek masih hidup, sampai bisa melihat jalan ini jadi),” ujar nek Ehi membuka pembicaraan dengan Sumeks, Senin (29/10). Ia pun bercerita, ketika kali pertama proyek tersebut dimulai. Nenek yang mempunyai keluarga di Jakartaitu pun, mengaku sempat meneteskan air mata karena rasa gembiranya. “Atuh éngkémah moal jauh deui, anak incu nini lamun uih téh, tinggal eureun diburuan paribasana (Nanti tidak akan jauh, anak dan cucu jika pulang, tinggal berhenti dihalaman rumah, peribahasanya),” ungkapnya. Hal yang sama dikatakan Maya, pembangunan Jalan Lingkar Jatigede itu pun menurutnya akan menggeliatkan roda ekonomi masyarakat setempat. Bahkan, nenek berusia 84 tahun itu menyebut, jika leluhurnya dulu pernah mengungkapkan akan ada jalan yang melintasi tempatnya, dan jalan tersebut akan ramai. Tak jauh berbeda dengan pernyataan dua nenek tadi, Yuyu Rusmini (63), perempuan yang rumahnya hanya berjarak 5 meter dari Jalan Lingkar Jatigede, berharap jika pembangunan jalan itu selesai dapat meningkatkan usahanya. Ia pun optimis, dengan dibangunnya jalan tersebut akan meningkatkan nilai ekonomis tanah di sekitar jalan lingkar. “Saya rasa akan ada kemajuan yang luar biasa di Desa Darmajaya, dengan adanya pembangunan proyek ini, karena Darmaraja kelak akan jadikota,” ungkapnya. Di tempat terpisah Kepala Desa Darmajaya, Saju Suhaendi (48), membenarkan jika sejumlah masyarakatnya mendukung penuh pembanguan Jalan Lingkar Jatigede, meski pun masih menyisakan permasalahan belum adanya pembayaran untuk 94 bangunan yang terkena proyek tersebut. “Pada prinsipnya masyarakat Darmajaya mendukung penuh percepatan pembangunan jalan tersebut, masyarakat kita tak mau disebut sebagai penghambat pembangunan. Meski demikian, kita akan tetap menuntut hak-hak masyarakat yang belum diterimanya. Usaha pemerintah desa menyikapi bangunan-bangunan yang belum dibayar, kita akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Karena bagi masyarakat Darmajaya, yang penting ada kejelasan kapan akan dilakukan pembayarannya,” ujarnya. Didukungnya proyek tersebut agar tetap berjalan, menurut Saju, karena masyarakatnya sudah jeli melihat potensi yang dapat dikembangkan jika Jalan Lingkar sudah benar-benar jadi. “Sekarang saja masyarakat sudah enggan menjual tanahnya sejuta perbata, kalau dulu perbatanya itu kisaran Rp 300-400 ribu. Kemarin sama proyek dibayar Rp 1,4 juta. Nah, kalau jalan tersebut sudah jadi bisa dua kali lipatnya. Mungkin bisa sampai Rp 3 juta per-bata atau mungkin harganya justru jadi permeter,” tambah Saju. Dihubungi melalui selulernya, Humas Satker Jatigede, H Sutara, membenarkan jika selama ini yang menjadi kendala lambatnya pembangunan Jalan Lingkar Jatigede adalah belum selesainya pembayaran bangunan. Namun, ia menyebut pihaknya kini telah mengantongi anggaran sebesar Rp 600 miliar yang salahsatunya diperuntukan untuk pembayaran jalan lingkar dan relokasi penduduk. “Mudah-mudahan di tahun 2013 dapat terealisasi dan terbayar semua,” pungkasnya.(*)/SUMEDANG ONLINE

Wisatawan Dadakan Padati Proyek Jalan Lingkar

Maya (84), dan Ehi (84) warga Dusun Cangkuang, RT 01, RW 02, Desa Darmajaya.

PROYEK pembangunan Jalan Lingkar Waduk Jatigede ruas Wado-Darmaraja, memang masih menyisakan masalah, terkait pembayaran bangunan yang belum selesai. Meski demikian apresiasi masyarakat yang mendambakan pembangunan jalan tersebut cepat selesai begitu tinggi. Termasuk kini lokasi proyek, dijadikan wahana wisata baru bagi mereka.

Igun Gunawan – Darmaraja,

SORE itu matahari sudah bergilir ke sudut barat, udara panas yang sejak siang kemarin tak begitu terasa. Deru dan getaran mesin excavator yang tengah menggali tanah untuk jalan, sangat terasa.

Dari atas bukit-bukit baru hasil buangan tanah excavator, sejumlah anak duduk-duduk dan bermain. Mereka asyik menyaksikan sejumlah karyawan yang tengah bekerja. Tak hanya anak-anak, orang dewasa, termasuk ibu-ibu yang tengah menyusui pun tampak penasaran ingin melihat proses pengerjaan jalan yang baru dapat mengerjakan pembukaan jalan sepanjang satu kilometer itu, dari dekat.

Dibalik puluhan wisatawan dadakan (wisdak) tersebut, dua sosok tua renta dengan tergopoh-gopoh berjalan dibekas galian yang sudah diratakan dengan pasir batu (sirtu). Dia adalah Maya (84), dan Ehi (84) warga Dusun Cangkuang, RT 01, RW 02, Desa Darmajaya.

Nini tiap sore ningal ka dieu, asa hookeun ningal alat-alat tos caranggih. Mudah-mudahan wé ka umuran ku nini bisa nungkulan nepi ka jadina (Nenek tiap sore melihat ke lokasi proyek, takjub dengan alat-alat berat yang sudah moderen. Mudah-mudahan nenek masih hidup, sampai bisa melihat jalan ini jadi),” ujar nek Ehi membuka pembicaraan dengan Sumeks, Senin (29/10).

Ia pun bercerita, ketika kali pertama proyek tersebut dimulai. Nenek yang mempunyai keluarga di Jakartaitu pun, mengaku sempat meneteskan air mata karena rasa gembiranya. “Atuh éngkémah moal jauh deui, anak incu nini lamun uih téh, tinggal eureun diburuan paribasana (Nanti tidak akan jauh, anak dan cucu jika pulang, tinggal berhenti dihalaman rumah, peribahasanya),” ungkapnya.

Hal yang sama dikatakan Maya, pembangunan Jalan Lingkar Jatigede itu pun menurutnya akan menggeliatkan roda ekonomi masyarakat setempat. Bahkan, nenek berusia 84 tahun itu menyebut, jika leluhurnya dulu pernah mengungkapkan akan ada jalan yang melintasi tempatnya, dan jalan tersebut akan ramai.

Tak jauh berbeda dengan pernyataan dua nenek tadi, Yuyu Rusmini (63), perempuan yang rumahnya hanya berjarak 5 meter dari Jalan Lingkar Jatigede, berharap jika pembangunan jalan itu selesai dapat meningkatkan usahanya. Ia pun optimis, dengan dibangunnya jalan tersebut akan meningkatkan nilai ekonomis tanah di sekitar jalan lingkar. “Saya rasa akan ada kemajuan yang luar biasa di Desa Darmajaya, dengan adanya pembangunan proyek ini, karena Darmaraja kelak akan jadikota,” ungkapnya.

Di tempat terpisah Kepala Desa Darmajaya, Saju Suhaendi (48), membenarkan jika sejumlah masyarakatnya mendukung penuh pembanguan Jalan Lingkar Jatigede, meski pun masih menyisakan permasalahan belum adanya pembayaran untuk 94 bangunan yang terkena proyek tersebut. “Pada prinsipnya masyarakat Darmajaya mendukung penuh percepatan pembangunan jalan tersebut, masyarakat kita tak mau disebut sebagai penghambat pembangunan. Meski demikian, kita akan tetap menuntut hak-hak masyarakat yang belum diterimanya. Usaha pemerintah desa menyikapi bangunan-bangunan yang belum dibayar, kita akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Karena bagi masyarakat Darmajaya, yang penting ada kejelasan kapan akan dilakukan pembayarannya,” ujarnya.

Didukungnya proyek tersebut agar tetap berjalan, menurut Saju, karena masyarakatnya sudah jeli melihat potensi yang dapat dikembangkan jika Jalan Lingkar sudah benar-benar jadi.

“Sekarang saja masyarakat sudah enggan menjual tanahnya sejuta perbata, kalau dulu perbatanya itu kisaran Rp 300-400 ribu. Kemarin sama proyek dibayar Rp 1,4 juta. Nah, kalau jalan tersebut sudah jadi bisa dua kali lipatnya. Mungkin bisa sampai Rp 3 juta per-bata atau mungkin harganya justru jadi permeter,” tambah Saju.

Dihubungi melalui selulernya, Humas Satker Jatigede, H Sutara, membenarkan jika selama ini yang menjadi kendala lambatnya pembangunan Jalan Lingkar Jatigede adalah belum selesainya pembayaran bangunan. Namun, ia menyebut pihaknya kini telah mengantongi anggaran sebesar Rp 600 miliar yang salahsatunya diperuntukan untuk pembayaran jalan lingkar dan relokasi penduduk. “Mudah-mudahan di tahun 2013 dapat terealisasi dan terbayar semua,” pungkasnya.(*)