Een Guru Inspiratif Bertemu Presiden SBY

Een saat bertemu dengan SBY
Een saat bertemu dengan SBY

Usaha Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang untuk memberikan apresiasi yang tinggi terhadap usaha Een Sukaesih (50), seorang guru yang mengalami kelumpuhan selama 28 tahun, tetapi tetap mengabdikan diri untuk mengajar anak didiknya.

Bukan hanya isapan jempol, buktinya setelah mampu meloloskan Een pada Liputan 6 Award. Kini perempuan yang berasal dari Dusun Batukarut, Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang dipertemukan dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rabu (5/6) lalu.

“Ini sesuatu yang luar biasa, dan saya kira Bu Een layak mendapatkan apresiasi dari presiden karena perjuangannya selama 28 tahun, untuk mengabdi ke masyarakat pendidikan itu tanpa ternilai. Jadi memang orang seperti bu een, sangat layak untuk diapresiasi dengan harapan supaya perjuangannya jadi inspirasi bagi semua orang. Bukan hanya di Sumedang bahkan di Indonesia. Istilahnya di getok tularkeun ke semua orang, kami dapat melihat ke depan dapat mencetak ribuan bahkan jutaan Bu Een-Bu Een baru. Bukan hanya melaksanakan tugas pamrih tapi juga tanpa pamrih untuk kepentingan generasi muda, kepentingan masyarakat, itu memang ada di sosok Bu Een,” puji Kepala Dinas Pendidikan Sumedang, Herman Suryatman, kepada Sumeks, Kamis (6/6).

Sebut dia, saat bertemu dengan SBY, Een sempat menyampaikan jika pendidikan hari ini memang perlu mendapat sentuhan kasih sayang. “Karena pendidikan bagaimana pun juga sangat normative, administrative, sangat mengedepankan intelektual. Padahal yang paling utama dari pendidikan, menurut bu Een adalah kasih sayang. Sebagaimana kita memberikan kasih sayang kepada anak didik, dengan kasih sayang itu maka akan tertanam hubungan batin yang bagus dan proses pendidikannya juga akan lebih efektif. Karena kasih sayangnya manteng antara guru dengan murid, antara masyarakat dengan anak-anaknya,” tuturnya.

Atas apa yang disampaikan Een pada SBY, dan melihat kerja keras dan kinerja Een. Presiden kata Herman, memberikan rasa hormat respek, apresiasi ke Een. “Kemudian beliau memberikan support agar kiprah Bu Een bisa terus dikembangkan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bisa memfasilitasi agar mampu berkembang. Bahkan presiden bersama SCTV akan memberangkatkan naik haji,” ungkapnya.

Selain itu, dinas pendidikan pun, sebut Herman, wajib mendorong program Een, karena pendidikannya berbasis kasih sayang, tanpa pamrih. “Karena kita butuh seperti itu, makanya kita mendorong Bu een. Hymne guru tanpa tanda jasa itu ternyata betul-betul ada, itulah bu een. Dan kita, hari ini kita butuh sosok seperti itu untuk memajukan pendidikan,” imbuhnya.

Sementara itu menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, wanita asal Sumedang itu sudah lama ingin bertemu Presiden. Akhirnya ia berhasil ke Istana Negara setelah difasilitasi oleh sebuah televisi swasta nasional.
“Beliau ingin sekali bertemu Presiden dan ibu negara. Beliau diterima di kantor presiden siang tadi,” ujar Julian.
Dalam kunjungan ini, kata Julian, Een diajak berkeliling ke ruang kerja Presiden, hingga ke Istana Negara dan Istana Merdeka. Presiden, kata dia, sangat terharu dengan jasa-jasa Een yang menghabiskan waktunya untuk mengajar siswanya meski hanya bisa dengan berbaring di tempat tidur.
“Presiden ucapkan terimakasih atas nama bangsa dan negara pada Bu Een karena jasa beliau, sudah ratusan anak yang dibantu sampai jenjang perguruan tinggi, lulus universitas. Belajar bersama sebagi murid dan sebagai teman,” kata Julian.
Een adalah salah seorang guru inspiratif yang mendapat penghargaan di bidang pendidikan dari sebuah televisi swasta nasional. Selama 26 dalam keterbatasan fisiknya Een tetap mengajar tanpa bayaran. Ia menganggap siswa-siswinya adalah pelipur lara. Seperti yang dilansir dari Radar Lampung (Grup JPNN) Een tinggal dalam sebuah kamar berukuran 2 x 4 meter yang berada di bagian belakang rumah sederhana di Dusun Batukarut, Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang.
Sepintas, kamar itu lebih mirip ruang kelas PAUD (pendidikan anak usia dini). Di dinding-dindingnya terpajang poster-poster pelajaran sekolah. Misalnya, poster bergambar bendera sejumlah negara di dunia dan peta Indonesia.
26 tahun lalu Een termasuk  guru CPNS (calon pegawai negeri sipil) di sebuah SMA di Cirebon. Entah apa penyebabnya, sekitar dua minggu sebelum prajabatan PNS yang harus diikuti, Een mengalami kelumpuhan total. Organ geraknya tidak berfungsi lagi. Impiannya sejak kecil menjadi Bu Guru pun langsung pupus.
Namun, ia tidak patah semangat. Een merasa hanya memiliki kemampuan mengajar anak-anak sekolah. Karena itu, dia kemudian “mengumumkan” ke para tetangga yang membesuk bahwa dirinya siap memberikan bantuan bimbingan belajar bagi anak-anak sekolah di kampung itu. Hingga kini rumah Een ramai dengan muridnya yang ingin belajar. (flo/jpnn/ign)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *