[caption id="attachment_13187" align="aligncenter" width="300"]Nek Yanti duduk melamun menunggu bantuan kapan cair Nek Yanti duduk melamun menunggu bantuan kapan cair[/caption] MENUNGGU, adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Seperti halnya Nek Yanti (60) warga Desa Ciawitali Kecamatan Buahdua. Nenek ini dijanjikan akan mendapat bantuan dana bedah rumah atau RTLH bagi warga yang serba kekurangan. Awalnya gembira tapi sekarang bosan karena janji mendapat bantuan itu belum terbukti.   USEP ADIWIHANDA, Buahdua.   SIRNA sudah mimpi warga miskin di Kecamatan Buahdua yang akan menerima dana bantuan Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tidak jadi cair. Padahal dari puluhan KK yang akan menerima bantuan itu, begitu senang mendengar dana tersebut akan cair pada Kamis (11/4) kemarin. Rasa kekecewaan dan kekhawatiran akan keadaan rumah yang akan roboh begitu nampak di raut wajah para penerima manfaat ini. Seperti Nek Yanti (60) warga Desa Ciawitali, Kecamatan Buahdua, begitu ingin kediamannya dilakukan bedah rumah. Mengingat kediamannya yang berukuran 8 X 6 meter ini, keseluruhan bangunannya terbuat dari bilik dan sudah habis dimakan rayap. Alangkah senang Nenek paruh baya ini bila program RTLH itu terlaksana. Namun, kegembiraan nya berubah menjadi rasa kekecewaan. Lantaran setelah di iming-iming akan menerima bantuan bedah rumah, kenyataan nya tidak sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan Pemerintah Kabupaten Sumedang. “Mendengar dari orang-orang yang datang dan melakukan pemotretan, hati kecil ini merasa begitu bahagia. Kenapa tidak, dengan keadaan rumah yang beralaskan tanah dan dinding rumah bilik ini, nantinya akan berubah. Tapi kenapa kegembiraan ini malah dihapus dengan janji manis orang-orang di sana. Hati ini sakit rasanya terus-terusan dipermainkan,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca saat dijumpai Sumeks, Jumat (12/4). Kekecewaan nya terus dilontarkan dengan kehadiran Sumeks di saat mengunjungi kediamannya. Nek Yanti yang keseharian nya sebagai buruh tani ini, hanya bisa menunggu dan berharap banyak akan datangnya bantuan. Apalagi, di kala Ia sedang tidak ada pekerjaan selalu menggantung kan hidupnya kepada para tetangga dengan membantu-bantu. “Sudah puluhan tahun rumah Nenek yang terbuat dari bilik ini berdiri. Selama itu kalau ada yang rusak Nenek suka mencari bilik atau papan bekas yang tidak terpakai kepada tetangga. Untung mereka pada baik walau sama-sama kekurangan. Karena untuk membeli ke toko bangunan Nenek tidak sanggup. Apalagi di saat paceklik pendapatan itu begitu kurang. Walau pun malu saya suka meminta pinjaman uang kepada tetangga ataupun selalu menjadi pesuruh,” terangnya. Di tengah pembicaraan, Toto (64) yang tidak lain adalah suami dari Nek Yanti datang dengan membawa tumpukan kayu dari arah belakang. Dengan bercucuran keringat dan napas yang terdengar ngos-ngosan, beliau menghampiri Sumeks dengan ramah. Tak lama, Toto pun langsung menyambung perbincangan mengenai tidak cairnya program RTLH. “Sebenarnya ini itu ada apa. Katanya sudah janji akan cair Kamis kemarin. Itu benar kan bukan pemberitaan bohong. Apalagi sepengetahuan Kakek belum lama ini sudah ada yang datang lagi melakukan pemotretan. Katanya itu dananya sudah pasti akan cair,” ujarnya selagi istirahat duduk di bangku depan rumahnya yang keadaannya khawatir roboh. Dari keadaan tersebut, Toto pun mengungkapkan rasa kekecewaannya. Apalagi di iming-iming akan dilakukan bedah rumah di kediamannya. Namun yang terjadi malah seperti kejadian yang sebelumnya Toto dan Yanti rasakan. “Bukan sekali dua kali ini terjadi kepada saya. Sebenarnya mau mempermain kan atau bagai mana. Memang saya merasa tergiur sekali mendengar adanya bantuan. Dan saya akui kehidupan saya disini selalu kekurangan. Bila tidak ikhlas membantu untuk apa terus-terusan di beritahukan. Dan kenapa pula kami orang yang tidak mampu selalu dipermainkan dengan janji yang tidak ada bukti,” keluhnya. Namun, walau pun demikian tentunya bantuan tersebut masih diharapkan. Apalagi ruang tengah dan dapurnya rusak berat. Sehingga di musim hujan ini air hujan terus masuk ke dalam rumahnya. “Saya masih akan menunggu sampai kapan pun. Ini karena saya butuh. Biar lah hidup serba kekurangan. Tapi saya mohon perhatikan keadaan rakyat. Kita pun sama-sama manusia dan punya hati,” tandasnya. (*)/SUMEDANG ONLINE

Puluhan Tahun Kedinginan, Bantuan Hanya Janji Belaka

Nek Yanti duduk melamun menunggu bantuan kapan cair

Nek Yanti duduk melamun menunggu bantuan kapan cair

MENUNGGU, adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Seperti halnya Nek Yanti (60) warga Desa Ciawitali Kecamatan Buahdua. Nenek ini dijanjikan akan mendapat bantuan dana bedah rumah atau RTLH bagi warga yang serba kekurangan. Awalnya gembira tapi sekarang bosan karena janji mendapat bantuan itu belum terbukti.

 

USEP ADIWIHANDA, Buahdua.

 

SIRNA sudah mimpi warga miskin di Kecamatan Buahdua yang akan menerima dana bantuan Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tidak jadi cair. Padahal dari puluhan KK yang akan menerima bantuan itu, begitu senang mendengar dana tersebut akan cair pada Kamis (11/4) kemarin. Rasa kekecewaan dan kekhawatiran akan keadaan rumah yang akan roboh begitu nampak di raut wajah para penerima manfaat ini.

Seperti Nek Yanti (60) warga Desa Ciawitali, Kecamatan Buahdua, begitu ingin kediamannya dilakukan bedah rumah. Mengingat kediamannya yang berukuran 8 X 6 meter ini, keseluruhan bangunannya terbuat dari bilik dan sudah habis dimakan rayap. Alangkah senang Nenek paruh baya ini bila program RTLH itu terlaksana. Namun, kegembiraan nya berubah menjadi rasa kekecewaan. Lantaran setelah di iming-iming akan menerima bantuan bedah rumah, kenyataan nya tidak sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan Pemerintah Kabupaten Sumedang.

“Mendengar dari orang-orang yang datang dan melakukan pemotretan, hati kecil ini merasa begitu bahagia. Kenapa tidak, dengan keadaan rumah yang beralaskan tanah dan dinding rumah bilik ini, nantinya akan berubah. Tapi kenapa kegembiraan ini malah dihapus dengan janji manis orang-orang di sana. Hati ini sakit rasanya terus-terusan dipermainkan,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca saat dijumpai Sumeks, Jumat (12/4).

Kekecewaan nya terus dilontarkan dengan kehadiran Sumeks di saat mengunjungi kediamannya. Nek Yanti yang keseharian nya sebagai buruh tani ini, hanya bisa menunggu dan berharap banyak akan datangnya bantuan. Apalagi, di kala Ia sedang tidak ada pekerjaan selalu menggantung kan hidupnya kepada para tetangga dengan membantu-bantu.

“Sudah puluhan tahun rumah Nenek yang terbuat dari bilik ini berdiri. Selama itu kalau ada yang rusak Nenek suka mencari bilik atau papan bekas yang tidak terpakai kepada tetangga. Untung mereka pada baik walau sama-sama kekurangan. Karena untuk membeli ke toko bangunan Nenek tidak sanggup. Apalagi di saat paceklik pendapatan itu begitu kurang. Walau pun malu saya suka meminta pinjaman uang kepada tetangga ataupun selalu menjadi pesuruh,” terangnya.

Di tengah pembicaraan, Toto (64) yang tidak lain adalah suami dari Nek Yanti datang dengan membawa tumpukan kayu dari arah belakang. Dengan bercucuran keringat dan napas yang terdengar ngos-ngosan, beliau menghampiri Sumeks dengan ramah. Tak lama, Toto pun langsung menyambung perbincangan mengenai tidak cairnya program RTLH.

“Sebenarnya ini itu ada apa. Katanya sudah janji akan cair Kamis kemarin. Itu benar kan bukan pemberitaan bohong. Apalagi sepengetahuan Kakek belum lama ini sudah ada yang datang lagi melakukan pemotretan. Katanya itu dananya sudah pasti akan cair,” ujarnya selagi istirahat duduk di bangku depan rumahnya yang keadaannya khawatir roboh.

Dari keadaan tersebut, Toto pun mengungkapkan rasa kekecewaannya. Apalagi di iming-iming akan dilakukan bedah rumah di kediamannya. Namun yang terjadi malah seperti kejadian yang sebelumnya Toto dan Yanti rasakan.

“Bukan sekali dua kali ini terjadi kepada saya. Sebenarnya mau mempermain kan atau bagai mana. Memang saya merasa tergiur sekali mendengar adanya bantuan. Dan saya akui kehidupan saya disini selalu kekurangan. Bila tidak ikhlas membantu untuk apa terus-terusan di beritahukan. Dan kenapa pula kami orang yang tidak mampu selalu dipermainkan dengan janji yang tidak ada bukti,” keluhnya.

Namun, walau pun demikian tentunya bantuan tersebut masih diharapkan. Apalagi ruang tengah dan dapurnya rusak berat. Sehingga di musim hujan ini air hujan terus masuk ke dalam rumahnya.

“Saya masih akan menunggu sampai kapan pun. Ini karena saya butuh. Biar lah hidup serba kekurangan. Tapi saya mohon perhatikan keadaan rakyat. Kita pun sama-sama manusia dan punya hati,” tandasnya. (*)