Hiburan Pilkada
- Penulis: Fitriyani Gunawan
- Editor: Redaksi
- Terbit: Selasa, 7 Jun 2016 16:19 WIB
WALAU Pilkada Sumedang ini masih lama, kalau tidak ada kejadian politik yang maha dahsyat kemungkinan akan tetap dilakukan tahun 2018 nanti, tapi kemeriahannya sudah mulai terasa, mulai dari berita-berita di media massa lokal, tulisan di media sosial mengenai prediksi calon-calon yang kemungkinan akan mencalonkan dan dicalonkan (termasuk juga tulisan ini), baliho-baliho orang yang kemungkinan akan mencalonkan atau berharap dicalonkan partai memperkenalkan diri agar masyarakat mulai mengenal dirinya, tentunya dengan menyelipkan jargon-jargonnya.
Mulai dari “Sumedang Baru”, “Sumedang Bangkit”, “Sumedang Kreatif”, walaupun saya sendiri sebenarnya tidak mengerti secara rinci apa makna Baru, Bangkit, dan Kreatif pada jargon tersebut.
Mungkin maksudnya “Sumedang Baru” adalah keadaan pasar dan taman ikon kota sumedang yang sekarang semrawut akan menjadi baru, bisa taman dan pasarnya jadi lebih nyaman atau juga justru malah hilang sama sekali seperti hilangnya mata pencaharian masyarakat yang lahannya terkena dampak pembangunan Waduk Jatigede.
“Sumedang Bangkit” mungkin juga bermakna kalau keterpurukan kepemimpinan di Kabupaten yang ditandai dengan ditangkapnya Bupati yang menjabat karena kasus korupsi, masyarakat dan anak-anak mudanya sudah mau bangkit untuk berfikir kritis tidak lagi mau mempunyai pemimpin yang seperti itu karena sudah mengerti mana yang hanya pencitraan, mana yang berintegritas.
“Sumedang Kreatif” sangat mungkin saja berarti harapan solusi terhadap kejengkelan masyarakat menghadapi bertele-telenya proses birokrasi seperti pembuatan KTP, Kartu Keluarga, Daftar Rumah Sakit akan dikreatifkan sehingga bisa lebih mudah, ringkas menggunakan sarana teknologi informasi,.
Yah tapi itu kan cuma jargon saja, setiap pemilihan bupati kan memang seperti itu, dan setiap itu pula hasilnya tak pernah sesuai harapan-harapan yang masyarakat sudah terlanjur mengharapkannya ?. Mereka berjanji, diingkari, dan masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa terhadap pengingkaran itu selain menunggu pemilihan selanjutnya, akan begitu terus siklusnya. Begitu kata kebanyakan orang.
Biarkan saja lah, walaupun memang seperti itu sejatinya, tapi jangan sampai jargon, janji-janji itu langsung kita buang ke selokan-selokan, ambil saja positifnya, dan bagi saya itu cukup menyenangkan. Tanpa jargon, janji-janji kampanye itu apakah hiburan malam di Hariring sudah cukup menghibur dan membuat kita senang ?.
Lagi pula alasan seseorang masih mau menjalani hidup kan sebenarnya juga karena masih ada harapan-harapan pada diri seseorang itu, tidak peduli apakah nanti hasilnya sesuai harapan atau tidak,.
Apa jadinya seseorang hidup tanpa punya harapan ?, dan setahu saya, perempuan itu mau menikahi laki-laki ya karena perempuan itu merasa ada harapan pada laki- laki yang dipilihnya, begitu pula laki-laki.
Itu yang membuat saya berbeda dengan mereka 700 ribu warga yang mungkin sudah terlanjur kecewa dengan jargon, janji, pengingkaran yang terus menerus itu, saya masih sedikit bisa merasa senang, tersenyum walau belum bisa membuat tertawa, tapi setidaknya masih lebih menyenangkan dibanding harus bersusah payah menempuh jalanan rusak dan terjal untuk sekedar menikmati keindahan objek wisata Curug Gorobog, dan menjalani kemacetan ketika melalui jalan cadas pangeran karena banyaknya truk yang diizinkan konvoi.
Sedikit memang kesenangan itu, karena memang cuma sedikit, saat ini yang muncul baru sekedar jargon.
Mungkin nanti akan lebih menyenangkan dan membuat saya terbahak tertawa ketika ada seseorang yang menawarkan mimpi bukan hanya jargon, mimpi yang akan menggunakan APBD kabupaten yang 1 Trilyun lebih itu agar Sumedang Baru bisa sebaru Bandung yang saat ini taman-taman, sungai-sungai, dan trotoarnya nyaman dan indah.
Sumedang Kreatif sekreatif Banyuwangi dengan kreatifitas teknologi informasinya sehingga birokrasinya lebih ringkas, kampung-kampungnya naik kelas menjadi kampung yang Smart, yaitu meningkatnya penggunaan internet oleh penduduk kampung untuk kegiatan-kegiatan produktif, pemberdayaan objek wisatanya melalui olahraga dan seni budaya, Tour de Ijen dan Banyuwangi Culture Festival adalah event tahunan yang saat ini sudah mendunia dan berimbas pada melonjaknya kunjungan turis lokal dan asing lebih dari 100%, tentunya itu menjadi salah satu faktor pendukung pendapatan per kapita penduduknya menjadi naik (naik 62% menurut data BPS).
Lalu juga Sumedang Bangkit yang dirinya nanti sebagai pemimpin akan mendukung kebangkitan anak-anak muda supaya tumbuh menjadi anak-anak muda sekaliber Soekarno, Hatta, Wahid Hasyim, Sjahrir di masa pra kemerdekaan melalui pemerataan, dan perbaikan sistem pendidikannya.
Dan pastinya saya akan lebih terpingkal bila mimpi itu yang menawarkan adalah orang yang sempat berkuasa periode lalu, yang tentunya masih bisa mencalonkan atau dicalonkan lagi setelah keluar dari Penjara Sukamiskin.
Bagaimana saya tidak terpingkal apabila untuk mencalonkan, kampanye dalam pilkada dengan kultur demokrasi seperti saat ini saja setiap calon diperkirakan akan menghabiskan dana lebih dari 10 Milyar, lalu penghasilan sebagai bupati (gaji, dan tunjangan) setiap bulan tidak akan lebih dari 100 juta, dikalikan selama masa jabatan, apakah pengeluaran dana selama proses pemilihan akan kembali ?, tidak, malah defisit.
Ahh untuk bisa tertawa terpingkal itu ternyata mudah bagi saya, tak mesti harus nonton film dono kasino indro, cukup menonton Hiburan Pilkada saja hehe.
Penulis: Mahardika