Nasib OTD Jatigede, bertahan hidup dari jual bata bekas, siapa tanggung jawab?
- Penulis: Fitriyani Gunawan
- Editor: Redaksi
- Terbit: Sabtu, 8 Okt 2016 21:28 WIB
SUMEDANGONLINE: Hingga kini, ada diantara warga terdampak Jatigede yang masih mengontrak rumah. Uang kerohiman terutama penerima pecahan KK (kategori B), yang diberikan pemerintah senilai Rp 29 juta, ternyata tak cukup untuk membangun rumah dan menghidupi kehidupannya.
“Di Kecamatan Wado saja masih ada yang mengontrak. Saya benar-benar prihatin dengan nasib warga OTD Jatigede saat ini,” kata Kosam Erawan.
Meski ada yang berhasil membangun rumah, justru nasibnya pun tak semujur tujuan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakatnya. Padahal nasib mereka sebelumnya, jauh lebih baik sebelum terkena imbas Jatigede.
Seperti dialami Ojo, korban Jatigede, yang saat ini tinggal di Dusun Kampung Baru, Desa Wado, Kecamatan Wado. Sebelum, Jatigede digenang. Untuk menghidupi keluarganya Ojo mempunyai Warung Nasi, saat ini pria yang sudah memasuki usai 60 tahun itu, hanya bisa menghidupi keluarganya dari memanfaatkan sisa-sisa puing bangunan.
Dari sejumlah bangunan yang tidak dibongkar pemiliknya, setiap hari Ojo mengumpulkan bata dan pasir bekas. Pekerjaan itu, ia geluti, karena tak punya keahlian lain. Sementara untuk melanjutkan membangun rumah makan, biayanya sudah habis untuk pindah dan membangun rumah.
“Saya tidak punya pekerjaan lain, jadi saya lebih baik memungut batu bata dan pasir untuk di jual kepada orang yang memerlukan,” kata Ojo.
Pekerjaan mengambil pasir bekas dari sisa bangunan yang belum terendam, ia lakukan setiap hari. Pasir-pasir itu ia tumbuk kemudian disaring dan dipisahkan dari kerikil. Untuk usahanya tersebut, ia tak memasang tarif besar, yang penting laku untuk dijual.
“Harga Rp 100 ribu per-colt buntung, kalau bata dijual perbiji satu bijinya Rp 250. Saya jual dengan harga murah saja, yang penting keringat saya bisa terbayar dan saya bisa menghidupi keluarga,” imbuhnya.
Lantas siapa yang akan memperhatikan nasib warga OTD Jatigede, para pahlawan yang sudah rela meninggalkan tanah kelahirannya, untuk misi besar membangun bendungan Jatigede. Akan kah nasib mereka bakal kembali diperhatikan atau dibiarkan menjadi pengangguran terselubung. Wallahualam Bi Showab.***