
CISITU – Mengambil sampah sendiri tidak akan menurunkan pangkat saya, itulah kata-kata Komandan Korem (Danrem) 062 Taruma Negara, Kol. Inf. Asrobudi, yang dengan tanpa malu atau pun gengsi mengambil beberapa sampah dengan tangannya sendiri, terutama sampah-sampah yang tidak dapat didaur ulang.
“Sampah seperti bekas permen ini kita buang ke tempatnya, karena tidak dapat didaur ulang, kalau sampah seperti bekas dedaunan jangan dibuang tapi tumpukan saja dipinggir tanaman, biar jadi pupuk,” jelas Kol. Inf. Asrobudi memberikan suri tauladan dihadapan sejumlah masyarakat Korban Bencana Alam (KBA) di Kampung Babakan Kodim, Desa Linggajaya, Kecamatan Cisitu, yang baru diresmikannya, Rabu (4/1).
Kegiatan semacam itu memang bukan kali pertama, beberapa Kodim yang satu kendaraan dengan Sumeks, menyebutkan bahwa Danrem mereka, memang sangat peduli dengan lingkungan bahkan dirumahnya pun terdapat beberapa pohon bibit kayu.
“Nanti kalau ada Pak Danrem, bekas puntung rokok sakuan nya,” celetuk seorang TNI sambil bergurau kepada sejumlah wartawan yang terlihat merokok.
Memang Danrem 062 Tarumanegara ini sepertinya tidak mau lingkungan disekitarnya tampak kotor, beberapa kali Asrobudi melemparkan hadits yang berkaitan dengan kebersihan, seperti bahwa kebersihan sebagian daripada iman.
Selain itu Danrem pun, paham betul bagaimana memelihara tanaman, ia bahkan dihadapan Bupati Sumedang mencontohkan untuk menghilangkan beberapa daun dari bibit yang akan ditanam.
“Ini saya sampaikan dari Dinas Kehutanan ya pak, katanya kalau habis menanam pohon itu daunnya harus dipangkas, pertama agar akar tanaman tidak kaget, selain itu tidak membebani proses makananan tanaman,” terang Danrem, yang disambut tepuk tangan yang hadir.
Danrem pun membenarkan jika di rumahnya sekarang ia menanam beberapa ribu bibit pohon, hal itu terungkap saat pengarahan dihadapan warga TNI usai peresmian Kampung Babakan Kodim di depan kantor Kecamatan Cisitu.
“Jangan dulu ingin menuai hasil, tapi apa yang kita lakukan sekarang ini benar-benar untuk menjaga kelestarian lingkungan, mencegah agar tanah tidak longsor. Nanti pun kalau kita ikhlas hasilnya akan kita tuai 3-5 tahun kedepan,” paparnya.
Danrem mencontohkan jika saat kelahiran bayi ditanam 10 pohon singon, begitu menginjak anak masuk SD, pohon itu telah besar dan dapat dijual, jika dirata-ratakan satu pohon seharga Rp 400 ribu, maka sudah ada Rp 4 juta untuk biaya masuk SD.(igun gunawan)